Website Resmi Kedutaan  Besar Amerika Serikat di Jakarta, Indonesia


 

 

 

The White House, President George W. Bush

Kantor Sekretaris Pers
Gedung Putih
27 Juni 2007

Presiden Bush Mendedikasikan Kembali Pusat Islam Washington

27 Juni 2007

English version

Pusat Islam Washington, Washington D.C.

PRESIDEN: Imam, terima kasih banyak. Terima kasih telah mengundang saya. Terimalah hormat saya, Imam; Dan saya menghargai persahabatan Anda. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin Pusat Islam. Saya ingin menyambut para Duta Besar; Terima kasih atas kedatangan Anda semua. Saya menghargai para tamu terhormat lainnya yang hadir di sini; Merupakan sebuah kehormatan untuk dapat bersama Anda pada upacara pendedikasian ini.

Seperti telah disebutkan oleh Imam, setengah abad telah berlalu sejak salah seorang pemimpin besar kita menyambut Pusat Islam ke dalam lingkaran keyakinan bangsa kita. Saat mendedikasikan bangunan ini, Presiden Dwight D. Eisenhower mengulurkan tangan Amerika sebagai tanda persahabatan kepada umat Muslim di seluruh dunia. Ia meminta kita bersama-sama berkomitmen “bagi kemajuan damai seluruh umat manusia di bawah satu Tuhan.”

Hari ini kita berkumpul, dengan semangat persahabatan dan saling menghormati, untuk menegaskan kembali ikrar tersebut -- serta untuk memperbarui tekad kita untuk bersama-sama meraih kebebasan dan perdamaian. Kita datang untuk menyampaikan penghargaan kita bagi sebuah keyakinan yang telah memperkaya peradaban selama berabad-abad. Kita datang untuk merayakan keberagaman keyakinan di Amerika serta persatuan kita sebagai masyarakat yang bebas. Dan kita menyimpan dalam lubuk hati kita kata-kata mutiara dari seorang penyair Muslim besar, Rumi: “Lentera-lentera memang berbeda, namun cahayanya tetap sama.”

Saat-saat seperti pendedikasian ini membantu menegaskan kembali siapa bangsa Amerika, dan apa yang kita inginkan bagi dunia. Kita hidup di suatu zaman dimana Amerika dan keinginannya kerap dipertanyakan. Bagi mereka yang mencari pemahaman yang benar mengenai negara kita, mereka tak perlu mencari lebih jauh dari sini. Pusat Muslim ini berdiri kokoh berdampingan dengan sebuah sinagoge, sebuah gereja Lutheran, sebuah paroki Katolik, sebuah kapel Ortodoks Yunani, sebuah kuil Buddha -- masing-masing memiliki para pengikut setia yang mengamalkan keyakinan mereka yang teguh dan hidup berdampingan dalam kedamaian.

Inilah yang diberikan oleh kebebasan: masyarakat di mana orang-orang dapat hidup dan beribadah sesuai keinginan mereka tanpa intimidasi, tanpa kecurigaan, tanpa ketukan di pintu oleh polisi rahasia. Kebebasan beragama merupakan perlindungan yang pertama kali diberikan dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia (Bill of Rights) Amerika. Ini adalah kebebasan yang amat berharga, yang merupakan perjanjian dasar dimana umat beragama sepakat untuk tidak memaksakan visi spiritual mereka kepada yang lain, dan untuk mengamalkan keyakinan mereka sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Inilah janji Undang-Undang Dasar kita, yang juga merupakan panggilan kesadaran kita, dan sekaligus sumber kekuatan kita.

Kebebasan beribadah amat penting bagi karakter Amerika, sehingga kita cenderung merasa terusik apabila kebebasan ini tidak diberikan bagi masyarakat lain. Negara kita merupakan suara utama yang mewakili kaum Yahudi di Uni Soviet. Rakyat Amerika berdiri bersama umat Katolik dan Protestan yang beribadah secara sembunyi-sembunyi di balik Tirai Besi. Amerika berdiri bersama umat Islam yang ingin mengamalkan keyakinan mereka secara bebas di negara-negara seperti Birma dan Cina.

Untuk menegaskan rasa hormat bangsa Amerika pada keyakinan umat Muslim di sini, saya datang ke Pusat ini enam hari setelah serangan 11 September untuk mengecam berbagai insiden yang dilandasi prasangka terhadap masyarakat Muslim Amerika. Hari ini saya mengumumkan sebuah inisiatif baru yang akan meningkatkan saling pemahaman dan kerjasama antara Amerika dan masyarakat di negara-negara yang sebagian besar penduduknya Muslim.

Saya akan menunjuk seorang utusan khusus untuk Organisasi Konferensi Islam (OKI). Ini pertama kalinya seorang Presiden membuat penunjukan seperti ini untuk OKI. Utusan khusus kita akan mendengarkan dan belajar dari para perwakilan dari negara-negara Muslim serta akan berbagi pandangan dan nilai-nilai Amerika dengan para perwakilan tersebut. Ini merupakan sebuah kesempatan bagi rakyat Amerika untuk menunjukkan kepentingan kita kepada masyarakat Muslim dunia dalam dialog yang khidmat dan persahabatan yang berkesinambungan.

Kita telah melihat persahabatan ini tercerminkan dalam limpahan dukungan rakyat Amerika yang diberikan kepada masyarakat Muslim di seluruh dunia pada saat-saat terjadinya perang maupun bencana alam. Rakyat Amerika memberikan pertolongan kepada para korban gempa bumi dahsyat di Pakistan dan Iran, serta merespons dengan penuh keteguhan dan belas kasih dalam bencana tsunami di Indonesia dan Malaysia. Bangsa kita membela umat Muslim di Bosnia dan Kosovo pasca pecahnya Yugoslavia. Hari ini kita menggalang dukungan dunia untuk menghadapi genosida di Sudan. Rakyat Amerika dari berbagai keyakinan telah mengupayakan hal ini dengan dilandasi rasa belas kasih, keyakinan, dan hati nurani.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh mereka yang memiliki nurani adalah membantu kekuatan moderat memenangi perjuangan besar melawan ekstremisme yang saat ini terjadi di berbagai wilayah di Timur Tengah. Kita telah melihat perkembangan konsep kebebasan beragama dan hak-hak individual di segenap penjuru dunia -- kecuali satu. Di Timur Tengah, kita malah menyaksikan bangkitnya sebuah kelompok garis keras yang menggunakan agama sebagai jalan menuju kekuasaan dan alat untuk berkuasa.

Orang-orang yang mengklaim diri sendiri sebagai pemimpin ini dengan lancang menyatakan diri mereka sebagai perwakilan umat Muslim. Padahal tidak demikian. Mereka menyebut semua Muslim yang tidak sependapat dengan ideologi mereka yang keras dan penuh kebencian dengan sebutan “kafir” dan “pengkhianat” Islam. Mereka ini keliru dengan mengklaim Amerika sedang berperang melawan umat Muslim dan Islam, padahal sesungguhnya orang-orang radikal inilah musuh Islam yang sebenarnya.

Mereka telah melancarkan serangan-serangan dahsyat atas tempat-tempat suci Islam untuk memecah belah dan mengadu domba umat Islam. Sebagian besar korban aksi teror mereka adalah orang-orang Muslim. Di Afghanistan, mereka membidik para guru sekolah untuk disiksa dan dibunuh. Di Irak, mereka membunuh seorang anak kecil, kemudian memasukkan bahan peledak ke dalam tubuhnya sehingga tubuh tersebut meledak saat pihak keluarga datang untuk mengambilnya. Mereka menempatkan anak-anak di jok belakang mobil agar bisa melewati pos pemeriksaan keamanan, kemudian meledakkan mobil tersebut dengan anak-anak itu di dalamnya. Orang-orang ini meledakkan bom dalam sebuah pesta pernikahan di Amman, Yordania, dan juga di sebuah komplek perumahan di Saudi Arabia, dan di sebuah hotel di Jakarta. Berbagai aksi brutal dan anarkis ini mereka lakukan dengan mengatasnamakan Allah. Mereka bukanlah wajah Islam yang sebenarnya, mereka adalah wajah kebencian.

Para pria dan wanita yang memiliki nurani berkewajiban untuk berbicara dan mengecam aksi keji ini sebelum orang-orang yang berada di belakangnya menemukan jalan untuk meraih kekuasaan. Kita harus menolong jutaan umat Muslim dalam menyelamatkan sebuah agama yang mulia dan bersejarah dari para pembunuh yang berniat mengotori nama Islam. Dan dalam upaya ini, para pemimpin Islam yang berhaluan moderat memiliki suara yang paling kuat dan berpengaruh. Kita mengagumi dan berterima kasih kepada para umat Muslim yang mengecam apa yang disebut Sekretaris Jenderal OKI sebagai “elemen radikal yang berpura-pura bertindak atas nama Islam.” Kita harus mendorong para pemimpin Muslim lainnya untuk ikut bersuara, untuk menentang para ekstremis radikal yang menyusup ke dalam mesjid-mesjid, untuk mengecam organisasi-organisasi yang menggunakan kedok Islam untuk mendukung dan mendanai aksi-aksi kekerasan, dan berusaha merekrut para pemuda Muslim -- bahkan di negara kita dan di negara-negara bebas lainnya -- yang meyakini bahwa suatu hari nanti tindakan bom bunuh diri dapat dibenarkan.

Kita perlu menggalang suara kaum Muslim yang dapat berbicara langsung kepada jutaan orang di dunia Arab yang tertinggal dalam gerakan global menuju kemakmuran dan kebebasan. Selama beberapa dasawarsa, dunia yang bebas membiarkan kaum Muslim di Timur Tengah berada di tangan para tiran, dan teroris, serta keputusasaan. Semua ini dilakukan untuk kepentingan stabilitas dan perdamaian, tetapi pendekatan yang dilakukan tidak menghasilkan stabilitas dan perdamaian tersebut. Timur Tengah menjadi inkubator bagi terorisme dan keputusasaan, dan ini berakibat pada meningkatnya permusuhan umat Muslim terhadap Barat. Saya telah mendedikasikan bagian terpenting dari masa kepresidenan saya untuk membantu umat Muslim memerangi terorisme, dan mendapatkan kebebasan mereka, serta menemukan jalan mereka sendiri menuju kemakmuran dan perdamaian.

Upaya-upaya yang sedang dilakukan di Afghanistan dan Irak sangat penting dalam perjuangan ini, namun perjuangan tersebut tidak akan mengakhiri ancaman; ia tidak akan berakhir di sana. Kita percaya keberhasilan rakyat Afghanistan dan Irak akan memberi inspirasi kepada bangsa lain yang ingin hidup dalam kebebasan. Kita akan bekerja menuju masa dimana sebuah negara Palestina yang demokratis hidup berdampingan secara damai dengan Israel. Kita telah melihat semangat bagi masa depan yang demokratis di wilayah lain di Timur Tengah, meskipun diperlukan waktu bagi kebebasan untuk berkembang. Masa depan yang demokratis bukanlah sebuah rencana yang dipaksakan oleh negara-negara Barat, ia adalah masa depan yang harus diraih oleh rakyat di wilayah tersebut. Masa depan yang penuh kebebasan adalah impian dan keinginan setiap hati yang memiliki rasa kasih sayang.

Kita tahu ini karena 8 juta orang berani menghadapi ancaman dan intimidasi untuk memberikan suara mereka di Afghanistan. Kita tahu ini karena hampir 12 juta orang mencoblos dalam pemilu yang bebas di Irak. Dan kita tahu ini karena dunia mengamati saat rakyat Lebanon mengangkat umbul-umbul Revolusi Cedar, mengusir pemerintah pendudukan Suriah, dan memilih pemimpin baru melalui pemilu bebas. Bahkan sekarang harapan akan kebebasan dapat dirasakan di sejumlah sudut gelap di Timur Tengah -- bisik-bisik di ruang tamu, di warung kopi, dan di ruang kelas. Jutaan orang mencari jalan menuju masa depan dimana mereka bisa menyatakan pikiran mereka, melakukan perjalanan ke mana saja yang mereka inginkan, dan beribadah sesuai dengan pilihan mereka. Mereka memohon dalam keheningan untuk kebebasan mereka -- dan mereka berharap seseorang, entah dimana akan menjawabnya.

Maka hari ini, di tempat yang menjunjung kebebasan beribadah ini, di jantung sebuah negara yang bebas, kita katakan kepada mereka yang merindukan kebebasan mulai dari Damaskus hingga Teheran: Anda tidak akan selamanya terpasung dalam kesengsaraan. Anda tak lagi memohon dalam keheningan. Dunia yang bebas mendengarkan Anda. Anda tidak sendirian. Amerika mengulurkan tangannya dalam persahabatan. Kami berupaya menuju masa dimana kami dapat menyambut Anda menjadi bagian dari keluarga negara-negara yang bebas. Kami berdoa agar Anda dan anak-anak Anda suatu hari nanti mengetahui kebebasan dalam segala hal, termasuk kebebasan untuk mencintai dan untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

 * * *

 

Home Page Kedutaan AS
Pusat Informasi Kedutaan AS | Informasi Visa | American Citizen Services

Ke atas | Umpan balik

Link ke situs Internet yang bukan milik pemerintah Amerika bukan berarti bahwa pemerintah Amerika menyetujui sudut pandang organisasi tersebut.