|
|
(TERJEMAHAN TIDAK RESMI)
TEKS RESMI
|
|
|
PUBLIC
AFFAIRS SECTION |
DEPARTEMEN LUAR NEGERI AS
Laporan mengenai Perdagangan Manusia
[Bagian II]
Dikeluarkan oleh Kantor Pengawasan dan
Pemberantasan Perdagangan Manusia
14 Juni 2004
Bagaimana
Para Pelaku Perdagangan beroperasi?
Para
pelaku perdagangan mencari orang-orang yang rentan sebagai mangsanya.
Sasaran mereka seringkali adalah anak-anak dan wanita muda, dan cara
mereka sangat kreatif dan kejam, direncanakan untuk menipu, mencurangi,
dan memenangkan kepercayaan diri korban-korban potensial. Seringkali
kelicikan ini dilakukan dengan memberikan janji-janji pernikahan,
pekerjaan, kesempatan mendapat pendidikan, atau kehidupan yang lebih
baik.
Di
India, misalnya, pelaku perdagangan dapat berpura-pura sebagai
pedagang yang sukses, membujuk orang tua sang gadis dengan mengatakan
bahwa dia adalah pasangan yang cocok. Setelah menikah, gadis tersebut
disiksa secara seksual dan dijual sebagai pekerja seks. Beberapa pria
diketahui telah “menikahi” lebih dari selusin wanita dari desa
yang berbeda dengan menggunakan taktik ini.
Di
Uganda, para pemberontak dari Pasukan Pertahanan Tuhan menjelajahi
daerah pedalaman di malam hari, menculik anak-anak kecil dari
desa-desa untuk dijadikan prajurit dan budak seks. Di Asia Timur, para
pelaku perdagangan manusia mengunjungi
kota-kota seperti Bangkok atau Phnom Penh, berlaku seperti sahabat
seorang wanita muda di hotel, restoran, atau toko dan menawarkannya
untuk ikut “liburan” ke negara lain. Begitu tiba, paspor wanita
tersebut diambil dan dia dibawa ke rumah bordil, sehingga indoktrinasi
brutal terhadap kehidupan perbudakan sekspun dimulai.
Seorang
gadis Ukraina yang baru berusia 16 menemui seorang pria muda di sebuah
acara dansa dan ditawari sebuah pekerjaan di Jerman sebagai perawat.
Diselundupkan menyeberangi perbatasan di malam hari, ia diantar ke
sebuah rumah bordil dan dipaksa bekerja sebagai
pekerja seks. Seorang gadis desa pedalaman Indonesia dibujuk
dengan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di negara tetangga
dengan janji gaji yang tidak dibayarkan seperti yang dijanjikan.
Seorang gadis desa pedalaman dari China selatan tertarik untuk pergi
ke Malaysia untuk mencari keuntungan ekonomi, tetapi dia dipaksa
menjadi budak seksual. Atau orang desa Vietnam muda, yang mencari
kesempatan ekonomi, setuju untuk melakukan perjalanan ke pulau di
Pasifik untuk bekerja di sebuah pabrik, tidak menyadari bahwa dokumen
perjalanannya akan disita dan bahwa upahnya akan sangat rendah
sehingga dia tidak akan mampu membayar kembali biaya perjalanannya.
Yang muda dan tidak memiliki pertolonganlah yang seringkali paling
dieksploitasi secara kejam.
Apakah
yang menjadi Penyebab Perdagangan Manusia?
Terdapat
banyak penyebab perdagangan manusia. Sebab-sebab ini rumit dan
seringkali saling memperkuat satu sama lain.
Jika melihat perdagangan manusia sebagai pasar global, para
korban merupakan persediannya, dan para majikan yang kejam atau pelaku
eksploitasi seksual mewakili permintaan.
Penyediaan
korban didorong oleh banyak faktor termasuk kemiskinan, daya tarik
standar hidup di tempat lain yang dirasakan lebih tinggi, lemahnya
strukur sosial dan ekonomi, kurangnya kesempatan bekerja, kejahatan
yang terorganisir, kekerasan terhadap wanita dan anak-anak,
diskriminasi terhadapt wanita, korupsi pemerintah, ketidakstabilan
politik, konflit bersenjata, dan tradisi-tradisi budaya seperti
perbudakan tradisional. Di beberapa masyarakat, sebuah tradisi
memungkinkan anak ketiga atau keempat dikirim untuk hidup dan
bekerja di kota
dengan seorang anggota keluarga jauh (seringkali seorang “paman”),
dengan janji akan memberi pendidikan dan pelajaran berdagang kepada
anak. Dengan mengambil keuntungan dari tradisi ini, para pelaku
perdagangan seringkali memposisikan diri mereka sebagai agen pekerjaan,
yang membujuk para orang tua untuk berpisah dengan seorang anak,
tetapi kemudian memperdagangkan anak tersebut untuk bekerja sebagai
pekerja seks, pelayan rumah, atau perusahaan komersil. Akhirnya,
keluarga tersebut hanya menerima sedikit upah kalaupun ada, sedangkan
anak tersebut tetap tidak bersekolah dan tidak mendapatkan pelatihan,
serta terpisah dari keluarganya, dan harapan akan kesempatan ekonomi
pun tidak pernah terwujud.
Di
sisi permintaan, faktor-faktor yang membawa pada perdagangan manusia
mencakup industri seks, dan permintaan akan tenaga kerja yang dapat
dieksploitasi. Pariwisata seks dan pronografi anak telah menjadi
industri dunia luas, yang difasilitasi oleh teknologi seperti
internet, yang secara berlebihan memperluas pilihan-pilihan yang
tersedia bagi para pelanggan dan memungkinkan adanya transaksi yang
cepat dan hampir tidak terdeteksi. Perdagangan manusia juga
ditimbulkan oleh adanya permintaan global atas tenaga kerja yang murah,
rentan, dan ilegal. Misalnya, salah satu permintaan terbesar di
negara-negara makmur Asia Timur adalah pelayan rumah tangga yang
terkadang menjadi korban eksploitasi atau kerjapaksa.
Sebuah
sumber permintaan baru atas wanita-wanita muda sebagai pengantin
wanita dan gundik adalah akibat dari melebarnya jurang pemisah gender
di daerah padat penduduk India dan China. Di India, saat ini hanya
terdapat 933 gadis yang lahir untuk setiap 1.000 anak laki-laki,
dikarenakan sebagian besar memiliki persepsi bahwa seorang anak
perempuan adalah tanggungan ekonomi di masyarakat yang sangat
patriarkhal di negara tersebut. Banyak pasangan menggunakan sonogram
yang murah dan tersedia luas untuk menentukan jenis kelamin janin, dan
jika perempuan maka akan digugurkan. Data dari sensus India 2001, yang
dianalisa di tahun 2003, memperlihatkan bahwa jarak yang paling serius
ada di negara bagian barat laut Haryana dan Punjab yang makmur, dimana
perbandingan jumlah jenis kelamin terus menurun di bawah 825 kelahiran
anak perempuan untuk setiap 1.000 kelahiran anak laki-laki.
Jarak
serupa telah timbul di beberapa bagian China yang disebabkan oleh
kebijakan “satu anak”, yang telah mendorong banyak orang tua untuk
menggugurkan kandungannya begitu janin diketahui berjenis kelamin
perempuan. Gadis-gadis dan para wanita Korea Utara dan Vietnam
dilaporkan telah diperdagangkan ke China Selatan sebagai pengantin
wanita dan dipaksa untuk menjadi pekerja seks. Jarak pemisah antara
kelahiran pria dan wanita ini telah ada selama beberapa dekade dan
saat ini diketahui bahwa jumlah pengantin wanita kian menurun
jumlahnya di daerah-daerah baik di India maupun di China.
Bopha
tinggal di sebuah desa pedalaman dan menikah di usia 17 tahun.
Suaminya segera membawanya ke hotel di desa lain dan
meningalkannya. Bopha menemukan bahwa hotel tersebut ternyata
sebuah rumah pelacuran dan ia mencoba untuk melarikan diri,
tetapi ia ditahan dengan paksa dan diberitahu bahwa dia harus
melunasi harga yang pemilik hotel telah bayarkan untuk dia.
Hutang Bopha terus meningkat karea kebutuhannya akan makanan,
pakaian dan keperluan lain. Bopha tidak bisa pergi. Karena
terjangkit HIV/AIDS, ia dibuang ke jalan dan akhirnya menemukan
jalannya ke LSM di PhnomPenh. Ia telah berada disana selama dua
tahun sambil menjalani pengobatan; tidak diketahui berapa lama
lagi Bopha akan hidup.
|
Menyelamatkan
Korban
Sebagaimana
diperlihatkan oleh laporan ini, jumlah korban perdagangan
manusia di dunia sangat besar. Banyak korban yang
diidentifikasikan melalui kerja LSM dan agen-agen pemerintah
yang menyelidiki tempat-tempat perdagangan manusia seperti rumah
pelacuran, tempat-tempat dimana pekerja bekerja dengan upah
sangat rendah, dan di kamp-kamp prajurit anak-anak.
Kebutuhan
untuk menyelamatkan para korban secara cepat adalah yang
terpenting tetapi penyelamatan-penyelamatan tidak selalu
mengakhiri penderitaan. Beberapa negara kurang memiliki
fasilitas perlindungan yang cukup sehingga para korban, termasuk
anak-anak, ditempatkan di penjara dan semakin trauma. Di tempat
lain, orang asing yang tidak
memiliki dokumen lengkap dapat dideportasi tanpa
mempertimbangkan kesehatan dan keamanan mereka. Dalam
kasus-kasus yang demikian, banyak yang diperjualbelikan kembali
dengan “hutang” tambahan dan kekerasan menambah penderitaan
mereka.
Penderitaan
psikologis dan fisik yang diderita para korban eksploitasi
seksual, kerja paksa, penjeratan hutang (ijon), atau anak yang
dipaksa menjadi prajurit memberikan tantangan jangka panjang
kepada pihak-pihak berwenang. Konseling, tempat singgah,
perhatian medis, dan pelatihan kejuruan diperlukan untuk
sepenuhnya merehabilitasi para korban dan secara sukses
mengembalikan mereka ke masyarakat asalnya.
Yang
sama menantangnya dengan penyelamatan para korban adalah
perawatan dan rehabilitasi jangka panjang pasca penyelamatan
yang membutuhkan perencanaan dan sumber-sumber yang dapat
dipertimbangkan. Ada kebutuhan untuk memberikan pelayanan yang
kompreehnsif untuk memastikan bahwa para korban diperlakukan
dengan penuh martabat, dan diberikan kesempatan untuk membangun
sebuah kehidupan baru. Namun demikian, kurangnya fasilitas
perlindungan yang dibangun dengan baik seharusnya tidak menjadi
alasan untuk tidak membebaskan mereka yang diperbudak.
|
Perhambaan
Salah
satu bentuk keji perdagangan manusia yang paling sulit dikenali
adalah perhambaan (lihat kotak untuk definisi resmi). Banyak
pekerja migran, yang meninggalkan rumah mereka dan melakukan
perjalanan – baik dalam jarak jauh maupun dekat – ke kota
atau ke tempat lain
yang sudah maju untuk bekerja, menjadi sangat mudah terseret ke situasi perhambaan. Mayoritas dari
pekerja migran tersebut, yang seringkali merupakan tenaga kerja
dengan keahlian rendah seperti buruh bangunan dan pelayan rumah
tangga, menemui situasi bekerja yang tidak eksploitatif yang
memberikan keuntungan kepada mereka dan keluarga mereka.
Namun,
sebagian pekerja migran mengalami kekerasan dari majikannya. Ini
termasuk kekerasan verbal maupun fisik yang dilakukan oleh
majikan atau pelanggaran kontrak kerja seperti penahanan upah
atau penolakan pemberian cuti. Namun, ada juga sekelompok kecil
pekerja migrant lainnya yang merasa diri mereka dieksploitasi
sedemikian rupa hingga ke taraf dimana mereka merasa diri mereka
adalah tawanan.
Maka
kapankah suatu situasi bekerja yang penuh paksaan dan
eksploitatif merupakan perhambaan? Jawabannya diarahkan oleh
hukum kami, TVPA. Saat seorang majikan mengunakan kekerasan
verbal atau fisik, atau mengancam dengan kekerasan untuk menahan
pekerja tersebut, maka ini disebut
perhambaan. Jika majikan dengan sengaja menyebabkan
pegawainya percaya bahwa ia tidak dapat meninggalkan situasi
pekerjaan itu tanpa menghadapi siksaan atau penahanan fisik,
maka ini adalah perhambaan. Dengan secara fisik menahan pegawai
untuk meninggalkan tempat kerja tidaklah penting jika
tindakan-tindakan atau ancaman-ancaman majikan menimbulkan
situasi perhambaan. Tindakan seorang majikan yang menahan
dokumen perjalanan pegawai – seperti paspor, ijin kerja, atau
kartu identitas – adalah bentuk penahanan fisik yang mendukung
penemuan praktek perhambaan. Untuk alasan ini, banyak pemerintah
yang telah mempidanakan penahanan dokumen perjalanan pegawai
asing, yang merupakan kunci untuk menjamin kebebasan untuk
bergerak.
Merupakan
tanggung jawab majikanlah, dan tanggung jawab pihak pemerintah,
untuk memastikan bahwa para pekerja merasa bahwa mereka bebas
berpindah dari lingkungan kerja yang kasar/kejam dan diberikan
kesempatan yang adil untuk menjelaskan kekejaman nyata atau yang
dirasakan oleh mereka dari situasi perhambaan
yang mereka alami.
|
Strategi-strategi
apa yang Efektif dalam Memerangi Perdagangan Manusia?
Strategi
anti perdagangan manusia yang efektif harus mecakup tiga aspek
perdagangan: segi persediaan, para pelaku perdagangan, dan segi
permintaan.
Pada
segi persediaan, kondisi-kondisi yang memicu perdagangan harus
diarahkan dengan program-program yang mendidik masyarakat untuk
waspada akan bahaya perdagangan, memperbaiki kesempatan pendidikan dan
sistem sekolah, menciptakan kesempatan ekonomis, mempromosikan
persamaan hak, mendidik masyarakat yang menjadi sasaran mengenai
hak-hak hukum mereka dan menciptakan kesempatan hidup yang lebih baik
dan lebih luas.
Pada
level pelaku perdagangan, program-program pelaksanaan hukum harus
mengenali dan menghalangi jalur-jalur perdagangan; mengklarifikasikan
definisi-definisi hukum dan mengkordinasikan tanggung jawab
pelaksanaan hukum; menuntut para pelaku perdagangan dan mereka yang
membantu dan bersekongkol dengannya; dan memerangi korupsi yang
dilakukan oleh orang-orang yang memfasilitasi dan mengambil keuntungan
dari perdagangan manusia, yang mengikis peranan hukum.
Pada
segi permintaan, orang-orang yang mengeksploitasi orang-orang yang
diperjualbelikan harus dikenali dan dituntut. Nama Para majikan kerja
paksa dan para pelaku eksploitasi terhadap korban yang
diperjualbelikan untuk eksploitasi seksual harus disebutkan dan dibuat
malu. Kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat harus dilakukan
di negara-negara tujuan untuk membuat perdagangan
semakin sulit disembunyikan atau diacuhkan. Masyarakat harus
ditarik dari situasi perbudakan dan dikembalikan ke keluarga dan
masyarakatnya.
Harus
ada koordinasi antara Program-program lokal, nasional dan regional
untuk melawan perdagangan manusia. Dengan mengambil perhatian publik
mengenai masalah tersebut, pemerintah dapat meningkatkan alokasi dana
untuk memerangi perdagangan manusia, memperbaki pemahaman terhadap
masalah, dan meningkatkan kemampuan mereka membangun strategi-strategi
yang efektif. Koordinasi
dan kerjasama baik secara nasional, bilateralm atau regional akan
memperkuat usaha-usaha negara dalam menrekrut sukarelawan untuk
memerangi perdagangan manusia. Standar-standar internasional harus
diserasikan dan bangsa-bangsa harus bekerjasama secara lebih dekat
untuk menolak perlindungan hukum bagi para pelaku perdagangan.
Pengetahuan
masyarakat mengenai perdagangan manusia harus
ditingkatkan dan jaringan kerja organisasi anti perdagangan dan
usaha-usahanya harus diperkuat. Lembaga
agama, LSM, sekolah-sekolah, perkumpulan masyarakat, dan para pemimpin
tradisional perlu dimobilisasi dalam perjuangannya melawan perdagangan
manusia. Para korban dan keluarga mereka memerlukan pelatihan keahlian
dan kesempatan untuk melakukan ekonomi alternatif. Strategi anti
perdagangan harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa
strateginya masih tetap inovatif dan efektif. Akhirnya, para pejabat
pemerintah harus dilatih mengenai teknik-teknik anti perdagangan
manusia, dan jalur-jalur perdagangan
harus secara statistik dicermati
untuk menjelaskan sifat dan besarnya masalah sehingga dapat dipahami
secara lebih baik.
Akankah
pelegalisasian (pengesahan) prostitusi membantu mengekang
perdagangan manusia?
Pemerintah
Amerika Serikat mengambil posisi tegas melawan usulan-usulan
untuk melegalisir prostitusi karena prostitusi secara langsung
memberikan kontribusi pada perbudakan moderen dan merendahkan
martabat manusia. Saat pelaksanaan hukum mentolerir atau saat
masyarakat melegalisasir prostitusi, kelompok-kelompok kejahatan
terorganisir lebih bebas untuk memperdagangkan manusia. Saat
prostitusi dilegalisasi, biaya pelayanan seksual meliputi sewa
rumah pelacuran, pemeriksaan medis, dan biaya pendaftaran.
Sebagian disebabkan oleh biaya-biaya ini, membuat
pelacuran terselubung (illegal) menjadi tumbuh subur di
tempat-tempat yang melegalisir prostitusi karena para pelanggan
cenderung mencari seks yang lebih murah. Di beberapa negara
dimana prostitusi bersifat legal, justru terdapat tiga hingga
sepuluh kali lipat jumlah perempuan yang tidak terdaftar sebagai
pekerja seks daripada yang tedaftar.
Banyak dari perempuan yang tidak terdaftar ini adalah
orang asing yang telah diperjualbelikan. Tidak ada bukti bahwa
legalisasi di negara manapun telah mengurangi jumlah korban
perdagangan, dan LSM yang bekerja di bidang ini mencatat bahwa
jumlah korban perdagangan seringkali meningkat. Pendek kata,
dimana prostitusi dilegalisir, sebuah “pasar gelap” dalam
perdagangan manusia muncul karena para pelaku eksploitasi
mencoba untuk memaksimalkan keuntungan dengan menghindari
pemeriksaan dan biaya wajib pasar prostitusi legal. Dengan
demikian, prostitusi yang dilegalisir adalah perisai terbaik
para pelaku perdagangan manusia, yang membolehkan mereka
melegalkan perdagangannya dalam perbudakan seks, dan membuat
kita semakin sulit mengenali para korban perdagangan.
|
Perkiraan
mengenai Korban Perdagangan
Sepanjang
tahun lalu Pemerintah AS memperkirakan bahwa 600.000 – 800.000
orang diperjualbelikan menyeberangi perbatasan-perbatasan
nasional di dunia. Analisa dari data memperlihatkan bahwa 80
persen korban yang diperdagangkan menyeberangi perbatasan
internasional adalah perempuan dan 70 persen dari
perempuan-perempuan itu diperjualbelikan untuk eksploitasi
seksual. Perkiraan-perkiraan jumlah orang yang diperdagangkan ke
Amerika Serikat berkisar antara 14.500 hingga 17.500. Perkiraan
yang belum lama di revisi ini memperlihatkan penggunaan suatu
metodologi yang ditingkatkan untuk memperkirakan jalur-jalur
perdagangan manusia. Perkiraan-perkiraan yang mencakup
perdagangan manusia antar negara berkisar antara dua hingga
empat juta.
Perkiraan
mengenai jumlah korban yang ditemukan di seluruh dunia sangat
sulit dilakukan. Perdagangan manusia, seperti perdagangan
narkoba dan penyelundupan senjata, adalah kegiatan gelap yang
bahkan lebih sulit untuk diukur bentuk-bentuknya. Jumlahnya
seringkali tersembunyi dibalik penyelundupan orang asing atau
kekerasan yang dialami oleh tenaga kerja migran. Selain itu,
tersedianya data mengenai perdagangan berubah-ubah dari satu
daerah ke daerah lain: terdapat kekurangan data yang patut
diperhatikan, misalnya data mengenai orang-orang yang
diperdagangkan ke, dari, atau melewati Timur Tengah. Perkiraan
Pemerintah AS yang disebutkan dalam laporan ini terfokus pada
orang-orang yang diperdagangkan melewati perbatasan
internasional, dimana korban-korban tersebut tidak terlalu sulit
untuk dikenali sebagai masyarakat yang diperdagangkan di dalam
negara.
|
Definisi
“Bentuk-bentuk keji Perdagangan Manusia”
Undang-undang
Perlindungan Korban Perdagangan mendefinisikan “bentuk-betnuk
keji perdagangan manusia” sebagai
a.
perdagangan seks dimana tindakan seks komersial dilakukan
dengan paksaan, penipuan atau kekerasan, atau dimana orang
dipaksa melakukan tindakan
demikian belum berusia 18 tahun; atau
b.
perekrutan, penampungan, pengangkutan, penyediaan atau
mendapatkan seseorang untuk dijadikan tenaga kerja atau
memberikan pelayanan, melalui paksaan, penipuan, atau kekerasan
untuk tujuan perhambaan, peonasi, penjeratan hutang (ijon) atau
perbudakan.
Definisi
istilah-istilah yang digunakan dalam Istilah “Bentuk-bentuk
Keji Perdagangan manusia”.
“Perdagangan
Seks” berarti merekrut, menampung, mengangkut, menyediakan
atau mendapatkan seseorang untuk tujuan melakukan tindakan seks
komersial.
“
Penghambaan” meliputi suatu kondisi perbudakan yang
ditimbulkan dengan cara
a. skema, rencana, atau pola apapun yang dimaksudkan untuk
membuat seseorang percaya bahwa jika orang tersebut tidak
memasuki atau melanjutkan dalam kondisi yang demikian maka ia
atau orang lain akan menderita kerugian yang serius atau
penahanan fisik; atau
b.
kekerasan atau ancaman kekerasan dari proses hukum.
“
Penjeratan Hutang (Ijon)” berarti status atau kondisi
seseorang yang berhutang yang timbul dari sebuah janji yang akan
dilakukan orang yang berhutang tersebut berkenaan dengan layanan
pribadinya atau layanan orang lain yang berada di bawah
kendalinya sebagai jaminan untuk hutang, dimana.
Nilai wajar dari layanan-layanan tersebut tidak
diberlakukan untuk penghapusan hutang serta lama dan bentuk
layanan tersebut tidak dibatasi atau ditetapkan.
“Kekerasan/paksaan”
berarti
a.
ancaman-ancaman yang membahayakan atau penahanan fisik terhadap seseorang;
b.
skema, rencana, atau pola apapun yang dimaksudkan untuk
membuat orang percaya bahwa jika lalai menjalankan suatu
tindakan akan mengakibatkan kerugian/luka yang serius atau
penahanan fisik terhadap seseorang;
atau,
c.
perlakuan kasar atau ancaman perlakuan kasar
dari proses hukum
|
MENGENAI
LAPORAN
Laporan
perdagangan manusia adalah laporan yang paling komprehensif mengenai
usaha-usaha pemerintah berbagai negara untuk memerangi bentuk-bentuk
keji perdagangan manusia. Laporan Perdagangan manusia meliputi periode
April 2003 hingga Maret 2004.
Apakah
yang merupakan atau bukan merupakan Laporan. Laporan perdagangan
manusia tahunan mencakup negara-negara
yang ditetapkan sebagai negara-negara asal, transit, atau tujuan untuk
sejumlah korban bentuk perdagangan yang keji. Karena perbudakan
mungkin meluas ke setiap negara di dunia, penghapusan sebuah negara
dari laporan hanya mengindikasikan kurangnya informasi yang mencukupi.
Laporan mengenai tiap-tiap negara disusun berdasarkan
wilayah dan menggambarkan cakupan dan bentuk masalah
perdagangan manusia di
negara tersebut, alasan-alasan untuk memasukkan negara tersebut ke
dalam laporan, dan usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah negara
tersebut untuk memerangi perdagangan.
Laporan tersebut juga memuat penilaian bagaimana pemerintah
memenuhi standar-standar minimum, serta saran-saran untuk
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam memberantas perdagangan
manusia. Selanjutnya, laporan ini juga menggambarkan usaha-usaha
pemerintah dalam melaksanakan undang-undang untuk memberantas
perdagangan, melindungi korban, dan mencegah perdagangan, serta
menjelaskan dasar penilaian negara sebagai kategori Tingkat 1, Tingkat
2, Tingkat 2 Daftar dengan Pengamatan Khusus, atau tingkat 3.
Beberapa
negara telah membangun gugus tugas dan rencana-rencana aksi untuk
mencapai tujuan-tujuan dan menciptakan
standar acuan untuk usaha-usaha memerangi perdagangan manusia . Namun
titik berat dari penilaian untuk tiap-tiap negara tidak terlalu
dibebankan pada rencana-rencana dan gugus tugas ini, melainkan
terfokus pada tindakan-tindakan nyata yang telah diambil oleh
pemerintah negara tersebut dalam memberantas perdagangan manusia,
menyoroti usaha-usaha penuntutan, penghukuman dan pemenjaraan terhadap
pelaku, serta usaha-usaha pencegahan. Laporan tersebut tidak terlalu
menitik beratkan pada undang-undang dalam bentuk konsep atau yang
belum diundangkan, walaupun gugus tugas, rencana aksi, dan rencana
undang-undang terkadang diperlihatkan dalam laporan negara sebagai
contoh tindakan-tindakan persiapan yang telah ambil oleh pemerintah
negara tersebut dalam memerangi perdagangan manusia. Akhirnya laporan
tersebut tidak terfokus pada usaha-usaha pemerintah lain yang
memberikan kontribusi secara tidak langsung dalam mengurangi
perdagangan manusia, seperti program bantuan pendidikan, dukungan
untuk perkembangan ekonomi, atau program yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kesamaan gender, walaupun itu merupakan usaha-usaha yang
sangat bermanfaat.
Apakah
yang berbeda dalam Laporan tahun ini?
Undang-undang Reotorisasi Perlindungan Korban Perdagangan
2003 membuat beberapa perubahan penting pada TVPA.
Tiga dari empat standar minimumnya untuk menghapuskan
perdagangan manusia tidak berubah. Kempat standar minimum tersebut
adalah:
1.
Pemerintahan negara harus melarang bentuk-bentuk keji
perdagangan manusia dan menghukum pelaku tindakan-tindakan perdagangan
tersebut.
2.
Untuk tindakan perdagangan seks apapun yang melibatkan paksaan,
penipuan atau kekerasan dimana korban perdagangan seks tersebut adalah
seorang anak yang tidak dapat memberikan persetujuan, atau dimana
perdagangan manusia yang mencakup perkosaan atau penculikan yang
menimbulkan kematian, maka pemerintah negara tersebut harus menentukan
hukuman yang sepadan dengan hukuman untuk kejahatan pembunuhan seperti
penyerangan seksual secara paksa.
3.
Untuk tindakan perdagangan manusia yang keji, pemerintah negara
tersebut harus menentukan hukuman yang cukup keras untuk menghalangi
dan yang cukup mencerminkan
bentuk mengerikan dari kejahatan tersebut.
4.
pemerintah negara harus membuat usaha yang serius dan
terus-menerus untuk menghapus bentuk-bentuk keji perdagangan manusia.
Standar
minimum ke-empat diubah dan ditambah, dan saat ini sedang
dipertimbangkan untuk memasukkan sepuluh kriteria daripada tujuh
kriteria: Kriteria (1) saat ini memerlukan pertimbangan yang tidak
hanya dari hasil penyelidikan dan penuntutan tetapi juga dari
penghukuman dan vonis-vonis, dan apakah pemerintah negara tersebut
responsif terhadap permintaan-permintaan Departemen Luar Negeri untuk
data penegakan hukum. Standar
(7), berkaitan dengan langkah-langkah menanggulangan korupsi, saat
ini diperlukan juga pertimbangan mengenai penuntutan, penghukuman dan
vonis-vonis untuk para pejabat pemerintah yang terlibat dalam
perdagangan manusia, dan kemampuanpemerintah tuan rumah untuk
menyediakan atau kelalaian dalam menyediakan data tersebut. Tiga
kriteria baru perlu dipertimbangkan:
8.
Apakah persentase korban perdagangan yang bukan warga negara
dari negara tersebut tidak berarti (insignificant);
9.
Apakah pemerintah negara tersebut konsisten dengan kapasitas
pemerintah tersebut, secara sistimatis mengawasi usaha-usahanya dalam
memenuhi kriteria yang digambarkan dalam ayat (1) hingga (8) dan
menyediakan kepada publik penilaian berkala atas usaha-usaha tersebut;
dan
10.
Apakah pemerintah negara tersebut menerima kemajuan yang patut
dihargai dalam meghapus bentuk-bentuk keji perdagangan manusia saat
dibandingkan dengan penilaian tahun sebelumnya.
Kriteria
yang digunakan untuk menilai apakah suatu negara membuat usaha-usaha
yang serius dan berkelanjutan atau tidak untuk memenuhi standar
minimum penghapusan perdagangan manusia dihasilkan kembali dalam
sebuah lampiran dalam laporan ini.
TVPRA
juga membuat sebuah “Daftar Pengamatan Khusus” untuk negara-negara
dimana mereka akan menerima pengamatan secara khusus pada tahun
berikutnya. Daftar Pengamatan Khusus terdiri dari: 1) negara-negara
yang tercantum dalam daftar sebagai Tingkat 1 dalam laporan saat ini
tetapi tercantum dalam daftar Tingkat
2 dalam laporan 2003; 2) negara-negara yang tercantum dalam daftar
sebagai Tingkat 2 dalam laporan saat
ini tetapi tercantumkan dalam daftar sebagai Tingkat 3 dalam Laporan
2003; dan 3) negara-negara yang tercantum dalam daftar sebagai Tingkat
2 dalam laporan saat ini,
dimana
a.
jumlah korban yang nyata akibat bentuk-bentuk keji perdagangan
manusia sangatlah signifikan atau meningkat secara signifikan;
b.
terjadi kelalaian dalam menyediakan bukti
dalam meningkatkan usaha-usaha dalam memerangi bentuk-bentuk
keji perdagangan manusia dari tahun sebelumnya, termasuk
penyelidikan-penyelidikan, penuntutan dan penghukuman terhadap
pelaku perdagangan , peningkatan bantuan
terhadap para korban, dan bukti berkurangnya
keterlibatan para
pejabat pemerintahan dalam perdagangan manusia; atau
c.
penetapan bahwa sebuah negara melakukan usaha-usaha yang
berarti untuk membuat negaranya
memenuhi standar-standar minimum adalah
berdasarkan pada komitmen
negara tersebut dalam mengambil
langkah-langkah kedepan di
tahun berikutnya.
Negara-negara
dalam Daftar Pengamatan Khusus akan diperiksa kembali dalam suatu
penilaian sementara untuk diajukan kepada Kongres selambat-lambatnya 1
Februari 2005.
Mengapa
Laporan Perdagangan manusia 2004 memuat Lebih banyak Penilaian Negara
Daripada Laporan Tahun Lalu?
Laporan 2004 mencakup suatu analisa perdagangan
dan usaha pemerintah untuk memeranginya di 140 negara,
16 negara lebih banyak daripada
tahun lalu. Di tahun-tahun sebelumnya, beberapa negara belum
dimasukkan karena sulit mengumpulkan informasi yang dapat diandalkan
dan lengkap karena sifat perdagangan yang ilegal dan di bawah tanah;
tidak adanya atau lahirnya program-program pemerintah; sulitnya
membedakan antara perdagangan dengan penyelundupan; dan ketakutan dan
ketertutupan para korban perdagangan yang seringkali menyeberangi
perbatasan secara ilegal atau secara fisik disiksa atau dipaksa. Untuk
beberapa negara tersedia informasi, namun data tidak mendukung
penemuan bahwa berdasarkan peraturan, 100 orang atau lebih
diperjualbelikan ke, dari, atau di dalam suatu negara, ini merupakan
persyaratan awal bagi sebuah negara untuk masuk dalam laporan tahunan
Perdagangan Manusia.
Sepanjang
tahun lalu, kami telah menyaksikan adanya respon-respon yang lebih
baik dari banyak negara, meningkatnya kampanye kesadaran publik yang
memperingatkan para korban akan adanya pelayanan perlindungan, dan
transparansi yang lebih besar dalam usaha memerangi
perdagangan manusia. Sebagai hasil dari tindakan positif ini,
Departemen mengumpulkan informasi dari lebih banyak negara tahun ini.
Departemen berniat untuk
memasukkan semua negara dengan jumlah korban perdagangan
yang signifikan dalam laporan-laporan di masa mendatang karena
informasi yang lebih banyak dan lebih baik kini sudah
tersedia.
Tingkatan-tingkatan
Sistem (Tier)
Tingkat
1: Negara-negara dengan pemerintah yang sepenuhnya
memenuhi standar minimum Undang-undang.
Tingkatan
2: Negara-negara dengan pemerintah yang tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum Undang-undang tapi
melakukan upaya-upaya yang berarti
untuk memenuhi
standar tersebut.
Tingkatan
2 Dengan Pengawasan Khusus: Negara-negara dengan
pemerintah yang tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum
Undang-undang tapi melakukan upaya upaya yang berarti untuk
memenuhi standar tersebut dan:
a.
Jumlah korban perdagangan sangat signifikan atau
meningkat secara signifikan; atau
b.
Kegagalan memberikan bukti tentang adanya upaya yang
meningkat dalam menghentikan bentuk yang berat dari perdagangan
manusia pada tahun sebelumnya; atau
c.
Ketetapan bahwa sebuah negara membuat upaya signifikan
untuk memenuhi standar minimum adalah berdasarkan komitmen
negara untuk mengambil langkah ke depan pada tahun berikutnya.
Tingkatan
3: Negara-negara yang tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum dan tidak melakukan upaya yang signifikan
untuk melakukan hal itu.
Bagaimana
Laporan Ini Digunakan. Laporan ini adalah perangkat
diplomatik Pemerintah AS yang digunakan sebagai sebuah instrumen
untuk dialog berkelanjutan, dorongan mengambil tindakan bagi
sejumlah negara, dan sebagai petunjuk untuk membantu memfokuskan
sumber daya pada program dan kebijakan untuk melakukan
penuntutan, perlindungan dan pencegahan. Setelah keluarnya
Laporan Perdagangan Manusia tahun ini, sebagaimana tahun lalu,
Departemen akan terus melibatkan pemerintah-pemerintah dalam isi
laporan untuk memperkuat upaya kerja sama untuk memberantas
perdagangan. Di tahun mendatang, dan khususnya dalam bulan-bulan
sebelum keputusan dibuat sehubungan dengan sanksi untuk
negara-negara Tingkatan 3 dan penilaian sementara dibuat dari
negara-negara Daftar Jaga Khusus, Departemen akan menggunakan
informasi yang dihimpun dalam kompilasi laporan ini untuk lebih
menargetkan secara efektif program-program a bantuan dan untuk
bekerja sama dengan negara-negara yang membutuhkan bantuan dalam
memerangi perdagangan manusia. Departemen berharap
laporan ini dapat menjadi katalisator bagi upaya pemerintah dan
non pemerintah dalam memberantas
perdagangan di seluruh dunia.
Metodologi.
Departemen Luar Negeri mendapat informasi untuk laporan ini dari
kedutaan-kedutaan besar dan konsulat-konsulat AS di seluruh
dunia, kedutaan-kedutaan besar asing di Washington, serta
organisasi non pemerintah dan internasional yang bekerja untuk
isu-isu hak asasi manusia dan perdagangan manusia. Pusat-pusat
diplomatik kami melaporkan situasi perdagangan manusia dan
tindakan pemerintah berdasarkan riset secara cermat, termasuk
pertemuan-pertemuan dengan bermacam-macam pejabat pemerintah,
perwakilan LSM lokal dan internasional, organisasi-organisasi
internasional, pejabat-pejabat, para jurnalis, kalangan akademik
dan para korban.
Kantor
untuk Memonitor dan Memerangi Perdagangan Manusia menyusun
konsep awal laporan dengan menggunakan informasi dari
pusat-pusat Kedutaan Besar AS, pertemuan dengan para pejabat
pemerintah asing, LSM-LSM dan organisasi-organisasi
internasional, laporan-laporan, perjalanan riset ke setiap
negara, dan informasi yang diterima melalui alamat e-mail, tipreport@state.gov,
yang disediakan untuk LSM-LSM dan individu untuk melaporkan
informasi mengenai kemajuan pemerintah dalam memerangi
perdagangan. Untuk menyusun laporan tahun ini, Departemen
mempertimbangkan sumber-sumber informasi di setiap negara dalam
membuat penilaian berikut ini. Dalam penilaian, dua-langkah
dilakukan;
Langkah
Satu: Jumlah Korban yang Signifikan. Pertama, Departemen
menentukan apakah sebuah negara adalah “sebuah negara asal,
transit, atau tujuan sejumlah besar korban perdagangan,”
dengan 100 korban atau lebih, jumlah yang sama yang digunakan
dalam laporan terdahulu. Hanya negara-negara yang mencapai
jumlah ini yang dicantumkan dalam laporan. Negara-negara yang
informasinya tidak tersedia tidak dicantumkan.
Langkah
Dua: Penempatan Tingkatan. Departemen telah memasukkan
setiap negara dalam Laporan TIP 2003 ke dalam salah satu dari
tiga daftar, dijelaskan di sini sebagai tingkatan (tier), yang
dimandatkan oleh TVPA. Penempatan ini berdasarkan tingkat
tindakan pemerintah untuk memberantas perdagangan. Departemen pertama-tama
mengevaluasi apakah pemerintah sepenuhnya memenuhi standar
minimum TVPA untuk menghapuskan perdagangan manusia. Pemerintah
yang melakukan hal tersebut ditempatkan pada Tingkatan 1. Untuk
negara-negara lain, Departemen mempertimbangkan apakah
pemerintah mereka membuat upaya yang berarti untuk memenuhi
standar minimum. Negara-negara yang melakukan upaya maksimum
ditempatkan di Tingkatan 2. Negara-negara dengan pemerintah yang
tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum dan yang tidak
melakukan upaya berarti
untuk memenuhi standar minimum ditempatkan pada Tingkatan 3.
Akhirnya, Daftar Pengawasan Khusus dipertimbangkan dan, jika
dapat dipakai, negara-negara ditempatkan di daftar tersebut.
Sebagaimana
disyaratkan oleh TVPA, dalam membuat keputusan antara Tingkatan
2 dan 3, Departemen mempertimbangkan seluruh tingkat perdagangan
manusia di tiap-tiap negara; tingkat ketidak-pemenuhan
pemerintah pada standar minimum, khususnya tingkatan dimana
pejabat pemerintah terlibat dan memfasilitasi perdagangan
manusia; dan ukuran yang tepat untuk membuat pemerintah negara
dapat memenuhi standar minimum dengan mengingat sumber daya dan
kemampuannya. .
Hukuman.
Pemerintah negara-negara di Tingkatan 3 dapat dikenai
sanksi-sanksi tertentu. Pemerintah AS bisa menahan
bantuan non kemanusiaan dan non perdagangan. Bagi
Negara-negara yang saat ini tidak menerima bantuan tersebut,
Pemerintah A.S akan menahan bantuan dana berpartisipasi dalam
program pertukaran pendidikan dan kebudayaan. Konsisten dengan
TVPA, negara-negara ini juga akan menghadapi oposisi AS untuk
pemberian bantuan (kecuali
untuk bantuan kemanusiaan, hubungan dagang, dan pembangunan )
dari institusi keuangan internasional seperti Dana Moneter
Internasional dan bank-bank pembangunan multilateral seperti
Bank Dunia. Konsekuensi ini akan mulai berlaku pada awal tahun
fiskal mendatang, 1 Oktober 2004.
Seluruh
atau sebagian dari sanksi TVPA dapat diabaikan atas keputusan
Presiden dengan syarat bantuan kepada pemerintah tersebut
sejalan dengan undang-undang atau kepentingan nasional Amerika
Serikat. TVPA juga memberikan sanksi yang dapat diabaikan jika
perlu untuk menghindari dampak yang merugikan bagi populasi yang
rentan seperti perempuan
dan anak-anak. Sanksi-sanksi juga tidak berlaku jika Presiden
menemukan bahwa setelah laporan ini dikeluarkan tapi sebelum
dijatuhkan sanksi, pemerintah yang bersangkutan telah memenuhi
standar minimum atau sedang melakukan upaya yang berarti untuk
memenuhi standar minimal tersebut.
Tanpa
memperhatikan penempatan tingkatan pun, setiap negara termasuk
Amerika Serikat sebenarnya dapat berbuat lebih banyak lagi.
Tidak ada penempatan/penilaian negara yang permanen. Semua
negara harus menjaga dan meningkatkan upaya memerangi
perdagangan. Amerika Serikat akan terus memonitor kemajuan di
seluruh dunia dan bekerja dengan mitranya untuk memperkuat upaya
internasional untuk menghapus semua bentuk perbudakan modern.
|
DEPARTEMEN
LUAR NEGERI AS
Laporan
Perdagangan Manusia
Dikeluarkan oleh Kantor Pengawasan dan Pemberatasan Perdagangan
Manusia
14
Juni 2004
II.
Praktek-praktek Terbaik Internasional
Sejumlah
upaya anti-perdagangan yang inovatif tampak selama persiapan Laporan
Perdagangan Manusia 2004 (TIP 2004 – Trafficking in Persons 2004)
serta dalamkemitraan Departemen Luar Negeri dengan
pemerintah-pemerintah negara asing dan organisasi-organisasi
internasional dan non pemerintah sepanjang tahun. Banyak dari
upaya-upaya ini memperlihatkan cara-cara memerangi perdagangan secara
bekelanjutan dengan biaya rendah. Aktivitas-aktivitas dan
program-program ini dikenal sebagai praktek-praktek terbaik karena
inovatif dan kreatif; mereka membuat perbedaan positif dan nyata;
mereka memungkinkan; dan mereka mempunyai potensi untuk ditiru di
tempat lain.
Mengurangi
Pariwisata Seks. Pemerintah Panama telah membuat sebuah
undang-undang anti-perdagangan baru yang menangani perdagangan dalam
konteks pornografi anak, pariwisata seks, dan penggunaan internet. Di
antara keistimewaan-keistimewaan lain, undang-undang ini mewajibkan
pesawat terbang, agen-agen wisata, dan hotel-hotel untuk memberi
informasi tertulis kepada pelanggan tentang larangan dalam
undang-undang baru.
Menahan
Korban-korban Potensial. Pemerintah Colombia telah memberi
wewenang kepada Departemen Keamanan Administratif (Department of
Administrative Security/DAS) untuk mengidentifikasi dan mendekati
wisatawan outbound yang potensial menjadi korban-korban
perdagangan di lapangan udara sebelum mereka melakukan penerbangan
internasional. Petugas DAS mencoba untuk menginformasikan kepada
korban-korban potensial tentang risiko perdagangan dan penipuan dalam
tawaran pekerjaan. Pada tahun 2003, sembilan korban potensial telah
diyakinkan bahwa tawaran pekerjaan mereka penuh dengan penipuan dan
mereka diyakinkan untuk tidak melanjutkan penerbangan internasional.
Kerja
Sama antara Negara Transit dan Tujuan. Pemerintah
Italia telah memberikan dana untuk “Project Textilia 2000” kepada
Pemerintah Maroko, untuk mendanai
proyek-proyek mikro di
daerah sekitar Khourigba, yang terkenal dengan keterlibatannya dalam
emigrasi gelap ke Italia. Proyek ini dimaksudkan untuk memberikan
pekerjaan yang menguntungkan di
Maroko yang akan mencegah korban dari bahaya diperdagangkan. Untuk
korban yang sudah ada di Italia, undang-undang anti-perdagangan baru
negara ini membuat sebuah kategori budget terpisah untuk program
bantuan untuk korban, dan 70% dari budget itu didapat dari pemerintah
pusat sementara 30% sisanya didapat dari pemerintah regional dan lokal.
Sasaran
kepada Perdagangan Seks. Pengadilan Kota Madrid pada bulan
Januari 2004 mengumumkan sebuah upaya komprehensif untuk memerangi
prostitusi dan perdagangan manusia.
Rencana ini meliputi pencegahan, pelatihan, bantuan untuk
korban, dan tindakan polisi terhadap pengguna.
Berdasarkan prinsip, cara terbaik untuk memerangi perdagangan
manusia untuk ekspolitasi seks adalah dengan memfokuskan pada pengguna
dan korban, upaya ini ditiru Pemerintah Sweden dalam mengembangkan
perangkat penegakan hukum.
Memerangi
Praktek-praktek Tradisional. Praktik yang biasa dilakukan
orang Afrika dalam “pengangkatan anak” memberi kontribusi langsung
dalam perdagangan manusia. Perdagangan anak dimulai dengan kesepakatan
pribadi antara pelaku perdagangan dan anggota keluarga, yang terdorong
oleh kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan serta nafsu pelaku
akan keuntungan dan tenaga kerja murah. Kepada keluarga, khususnya
yang mempunyai mata pencarian di bidang agrikultur, dikatakan bahwa
anak mereka akan mendapat pendidikan dan belajar berdagang. Namun
dalam semua kasus, anak diperdagangkan untuk kerja paksa domestik,
pengasong, atau eksploitasi seks. Sebagai jawaban, Pemerintah Ghana
melakukan “Operation Bring Your Children Home” untuk meminta agar
orang tua yang menjual anak mereka pada pelaku untuk membawanya pulang
kembali dan sebagai gantinya mendapat bantuan usaha, pelatihan kerja,
fasilitas kredit mikro, serta bantuan biaya sekolah dan seragam. Untuk
membangkitkan kesadaran publik pada progam ini, polisi Ghana melakukan
pertemuan-pertemuan informal di pemberhentian truk yang besar di Accra
serta memberikan pemahaman pada
para sopir dan memberangkatkan perwakilan serikat pekerja untuk
mengidentifikasi korban-korban perdagangan.
Menyita
Dana untuk Mendukung Program Anti-Perdagangan.
Pendanaan untuk program anti-perdagangan tidak diprioritaskan di
banyak negara, khususnya mengikuti perubahan saat ini yang
memprioritaskan pada pada program-program anti-terorisme. Di Jerman,
State of Baden-Wuerttemberg menggunakan dana yang disita dari operasi
perdagangan untuk membiayai investigasi masa depan.
Menghubungkan
Para Diplomat, Berbagi Informasi.
Kementerian Perhubungan Luar Negeri (The Ministry of Foreign
Affairs/MFA) Republik Dominika telah membuat empat “jaringan anti-perdagangan”
di antara para diplomat dalam konsulat dan kedutaan besar di
negara-negara yang merupakan tujuan utama perdagangan wanita Dominika.
Ada sebuah jaringan kerja di Amerika Tengah, Karibia, Amerika Selatan,
dan Eropa. Para diplomat secara pro aktif mencari isu-isu perdagangan.
Mereka bekerja dengan pemerintah setempat dalam mengidentifikasi dan
membantu korban-korban dari Dominika (kebanyakan dari mereka melarikan
diri dan meminta perlindungan ke konsulat), mengumpulkan informasi
tentang pola perdagangan, dan mengidentifikasi pelaku. Informasi ini
dilaporkan kembali pada kantor hubungan urusan konsuler MFA dan dibagi
dengan sekutu-sekutu Republik Dominika dalam upaya anti-perdagangan.
Menggunakan
Perangkat Peraturan, Inspeksi, dan Pelatihan.
Pemerintah Filipina mengatur dan menyelenggarakan inspeksi mendadak
maupun rutin ke 1.317 agen tenaga kerja ekspor yang terdaftar;
termasuk memberikan pelatihan dan tes ketrampilan untuk tenaga kerja
ke luar negeri sebelum mereka meninggalkan negara itu. Para petugas
Layanan Luar Negeri Filipina dilatih, dan dalam beberapa kasus
dilibatkan secara aktif dalam mencari tempat tinggal dan memulangkan
korban perdagangan Filipina. Orang-orang Filipina juga melakukan
pelatihan untuk pemerintah negara lain, termasuk Indonesia dan Vietnam
tentang bagaimana meningkatkan perlindungan tenaga kerja migrant
mereka.
Para
Korban Menerima Perlindungan Diplomatik.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengoperasikan tempat singgah di
kedutaan besar dan konsulatnya di sejumlah negara, termasuk Malaysia,
Singapura, Saudi Arabia, dan Kuwait. Selama setahun terakhir,
perlindungan diplomatik ini melindungi ribuan penduduk Indonesia yang
potensial menjadi korban perdagangan. Misi diplomatik Indonesia, dalam
koordinasi dengan agensi pemerintah lain, juga membantu pemulangan.
Memerangi
Perdagangan Anak Joki Unta.
Pemerintah Uni Emirat Arab memulai sebuah praktik inovatif untuk
secara efektif mengidentifikasi dan menyelamatkan anak-anak yang
diperdagangkan dari Asia Selatan untuk menjadi joki unta di gelanggang
pacuan UAE. Kebanyakan dari anak-anak ini diperdagangkan melalui
penggunaan dokumen-dokumen palsu dari negara asal mereka yang
memperlihatkan umur yang lebih tua dan orang tua palsu yang menemani
anak-anak itu ke UAE. Dengan menggunakan tes DNA sejak Januari 2003,
penguasa UAE menguji 446 anak dan mengungkap 65 permintaan palsu
menjadi orang tua oleh para pelaku yang membawa anak-anak ini ke UAE.
Pada tahun 2003, lebih dari 250 anak dari Bangladesh dan Pakistan
diidentifikasi dan dikembalikan ke negaranya; kebanyakan dari pelaku
itu ditahan dan dituntut. Negara-negara lain di Teluk mengadopsi tes
DNA untuk anak joki unta dan orang yang mengaku sebagai orang tua
mereka.
Para
Pahlawan yang Berjuang untuk Mengakhiri Perbudakan Modern
Tindakan
pemerintah, sebagaimana dimandatkan oleh undang-undang, adalah fokus
dari Laporan Perdagangan Manusia. Banyak orang dan organisasi dari
segala profesi, juga pemerintah, mengambil tindakan tegas dan efektif
untuk mengakhiri perdagangan manusia.
Memiliki
orang-orang yang bermacam-macam dan bercakupan luas yang terlibat
dalam perjuangan ini adalah hal yang penting dalam meraih kesuksesan. Itu sebabnya laporan tahun ini mencakup cerita
tentang para pahlawan yang berupaya memerangi perdagangan manusia.
Individu-individu di sini hanyalah perwakilan dari berbagai upaya yang
diambil oleh warga negara biasa di seluruh dunia. Mereka memberi
contoh pada kita semua dan menunjukkan bahwa upaya dari satu orang
seringkali dapat memberikan perbedaan. Ada banyak orang lain yang
melanjutkan perjuangan melawan perdagangan setiap harinya dengan cara
mereka masing-masing.
Pierre
Tami
Direktur
Hagar di Kamboja
Pierre
Tami melakukan pendekatan ala pebisnis Swiss untuk membantu korban
perdagangan manusia di Kamboja. Dalam pandangannya, program-program
bantuan haruslah inovatif dan memungkinkan secara finansial sehingga
korban mempunyai kesempatan untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih
baik daripada tetap dalam keadaan rentan eksploitasi. Mr. Tami telah
menciptakan tiga usaha untuk membantu korban
di Phnom Penh: sebuah pabrik susu kedelai yang menyediakan
bahan makanan yang banyak dibutuhkan bagi sebuah negara yang
kekurangan pangan, sebuah perusahaan desain dan pembuatan sutra , dan
sebuah bisnis katering yang melayani makanan untuk pekerja pabrik
garmen. Usaha-usaha ini memberikan harapan baru bagi orang Kamboja
yang trauma oleh perbudakan modern, serta memungkinkan beberapa dari
mereka untuk pertama kalinya dalam hidup menerima gaji dari pekerjaan
mereka.
Yang
Terhormat Fransisco Sierra
Duta Besar
Kolombia untuk Jepang
Fransisco
Sierra telah mendedikasikan perhatiannya dan perhatian staf kedutaan
besar untuk membantu korban perdagangan manusia yang dibawa dari
Kolombia ke Jepang. Duta Besar melibatkan pejabat Polisi lokal dan
Pemerintah Jepang dalam isu ini dan telah mendorong pejabat-pejabat
Kolombia untuk menjadikan isu ini sebagai prioritas di sana. Dia telah
memupuk kerja sama di Jepang dengan kedutaan-kedutaan besar dari
beberapa negara Asia Tenggara dan Amerika Latin. Duta Besar Sierra
melihat prospektif makro dan mikro pada masalah perdagangan manusia
– dia telah melihat kerugian yang dialami para individu, tapi dia
juga melihat hubungannya dengan kejahatan terorganisir dan kecanggihan
dalam pergantian pola perdagangan.
Suster
Eugenia Bonetti
Persatuan
Kepala Biara Utama Italia
Eugenia
Bonetti bertanggung jawab atas tindakan anti-perdagangan yang
dilakukan para personil di Persatuan Kepala Biara Utama Italia. Dia
berkomitmen dalam memerangi ketidakadilan yang dialami oleh wanita
yang diperdagangkan berkat apa yang dia lihat sendiri selama 24 tahun
karirnya sebagai misionaris di Kenya, kemudian sebagai koordinator
strategi anti-perdagangan di Turin dan Roma. Suster Eugenia dan timnya
yang terdiri dari 200 suster di seluruh Italia bekerja penuh waktu
dalam anti-perdagangan bersama orang-orang yang bersedia membuka rumah
mereka untuk memberikan perlindungan, keamanan dan perawatan kepada
ratusan korban perdagangan manusia. Suster Eugenia juga bekerja sama
dengan para biarawati Nigeria, mendorong upaya lokal pada komunitas
terpencildan termiskin untuk mencegah perdagangan dan untuk membantu
rehabilitasi korban yang dikirim pulang. Suster Eugenia menyebarkan
sendiri pesan-pesan anti-perdagangan di Italia dan luar negeri, dalam
ucapan dan tindakannya.
Bonnie
Miller
Warga Negara Amerika
Bonnie
Miller telah melakukan sendiri beberapa tindakan untuk memerangi
perdagangan manusia di Yunani secara efektif, menghabiskan waktunya
untuk menarik perhatian dan sumber daya kepada isu ini. Dia membantu
LSM-LSM Yunani mendirikan layanan untuk para korban, melobi pemerintah
untuk mengambil tindakan tegas anti-perdagangan, dan mendirikan
hotline perdagangan manusia pertama di Yunani. Mrs. Miller adalah
pejuang anti-perbudakan berkat upayanya melalui media secara ekstensif
yang telah mengajak para diplomat dari berbagai negara untuk bersama-sama
mendiskusikan berbagai cara untuk membantu para korban perdagangan
manusia. Dia juga memainkan peran kunci dalam mendirikan
Doctor of the World rumah
singgah untukpara korban. Sebagai istri dari Thomas Miller, duta besar
AS untuk Yunani, dia juga telah menunjukkan bagaimana keluarga
diplomat dapat membantu mengubah komunitas dimana mereka tinggal.
Kepala
Suku Tertinggi Tobega
Hadjor
New Bakpa, Ghana
Kepala
Suku Tobega Hadjor telah bekerja secara ekstensif untuk menghentikan
perdagangan tenaga kerja anak di daerah Ghana Lake Volta. Selama tahun
lalu, 228 anak telah diselamatkan dari kerja paksa di industri
perikanan, berkat bantuan Kepala
Suku Hadjor dalam menunjukkan daerah-daerah
yang dikenal sebagai daerah perdagangan anak. Dia telah membantu dalam
reintegrasi budak anak ini, menempatkan mereka di sekolah dan
mengumpulkan mereka kembali dengan keluarga. Dia telah secara pribadi
bekerja untuk mengumpulkan dana mikro-kredit bagi para orang tua guna
meningkatkan kapasitas bisnis mereka sehingga mereka dapat memberi
lebih banyak kepada keluarga mereka.
Marilyn
Carlson Nelson
Ketua dan CEO Carlson Companies
Marilyn
Carlson Nelson menjadi seorang pelopor di Amerika dalam perang melawan
perdagangan manusia ketika dia memberlakukan kode etik global pada
perusahaan perjalanannya untuk melindungi anak-anak dari eksploitasi
seksual komersil dalam perjalanan dan pariwisata. Sebagai bagian dari
kode etik yang Mrs. Nelson tanda tangani, dia setuju untuk melatih
para karyawan dalam mengidentifikasi dan melaporkan para pelaku wisata
seks anak; menginformasikan wisatawan tentang sanksi hukuman
yang berhubungan dengan pelanggaran tersebut; dan mengembangkan
kebijakan perusahaan secara etik yang menolak eksploitasi seksual
dalam wisata. Multi bisnis Carlson Companies yang terdiri dari
rangkaian hotel, pelayaran, restoran, dan agen perjalanan terbesar
kedua dunia, menghasilkan lebih dari 27 milyar dollar dalam neraca
tahun lalu dan mempekerjakan sekitar 198.000 orang di lebih dari 140
negara. Carlson Companies adalah perusahaan perjalanan Amerika Utara
utama pertama yang menerapkan kode etik.
bersambung ke
bagian III
|