Website Resmi Kedutaan  Besar Amerika Serikat di Jakarta, Indonesia


 

 

 

(TERJEMAHAN TIDAK RESMI)
TEKS RESMI

PUBLIC AFFAIRS SECTION

 

DEPARTEMEN LUAR NEGERI AS

 

Laporan mengenai Perdagangan Manusia [Bagian II]

Dikeluarkan oleh Kantor Pengawasan dan Pemberantasan Perdagangan Manusia

14 Juni 2004

Bagaimana Para Pelaku Perdagangan beroperasi?

Para pelaku perdagangan mencari orang-orang yang rentan sebagai mangsanya. Sasaran mereka seringkali adalah anak-anak dan wanita muda, dan cara mereka sangat kreatif dan kejam, direncanakan untuk menipu, mencurangi, dan memenangkan kepercayaan diri korban-korban potensial. Seringkali kelicikan ini dilakukan dengan memberikan janji-janji pernikahan, pekerjaan, kesempatan mendapat pendidikan, atau kehidupan yang lebih baik.

Di India, misalnya, pelaku perdagangan dapat berpura-pura sebagai pedagang yang sukses, membujuk orang tua sang gadis dengan mengatakan bahwa dia adalah pasangan yang cocok. Setelah menikah, gadis tersebut disiksa secara seksual dan dijual sebagai pekerja seks. Beberapa pria diketahui telah “menikahi” lebih dari selusin wanita dari desa yang berbeda dengan menggunakan taktik ini.

Di Uganda, para pemberontak dari Pasukan Pertahanan Tuhan menjelajahi daerah pedalaman di malam hari, menculik anak-anak kecil dari desa-desa untuk dijadikan prajurit dan budak seks. Di Asia Timur, para pelaku perdagangan manusia  mengunjungi kota-kota seperti Bangkok atau Phnom Penh, berlaku seperti sahabat seorang wanita muda di hotel, restoran, atau toko dan menawarkannya untuk ikut “liburan” ke negara lain. Begitu tiba, paspor wanita tersebut diambil dan dia dibawa ke rumah bordil, sehingga indoktrinasi brutal terhadap kehidupan perbudakan sekspun dimulai.

Seorang gadis Ukraina yang baru berusia 16 menemui seorang pria muda di sebuah acara dansa dan ditawari sebuah pekerjaan di Jerman sebagai perawat. Diselundupkan menyeberangi perbatasan di malam hari, ia diantar ke sebuah rumah bordil dan dipaksa bekerja sebagai  pekerja seks. Seorang gadis desa pedalaman Indonesia dibujuk dengan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di negara tetangga dengan janji gaji yang tidak dibayarkan seperti yang dijanjikan. Seorang gadis desa pedalaman dari China selatan tertarik untuk pergi ke Malaysia untuk mencari keuntungan ekonomi, tetapi dia dipaksa menjadi budak seksual. Atau orang desa Vietnam muda, yang mencari kesempatan ekonomi, setuju untuk melakukan perjalanan ke pulau di Pasifik untuk bekerja di sebuah pabrik, tidak menyadari bahwa dokumen perjalanannya akan disita dan bahwa upahnya akan sangat rendah sehingga dia tidak akan mampu membayar kembali biaya perjalanannya. Yang muda dan tidak memiliki pertolonganlah yang seringkali paling dieksploitasi secara kejam.

Apakah yang menjadi Penyebab Perdagangan Manusia?

Terdapat banyak penyebab perdagangan manusia. Sebab-sebab ini rumit dan seringkali saling memperkuat satu sama lain.  Jika melihat perdagangan manusia sebagai pasar global, para korban merupakan persediannya, dan para majikan yang kejam atau pelaku eksploitasi seksual mewakili permintaan.

Penyediaan korban didorong oleh banyak faktor termasuk kemiskinan, daya tarik standar hidup di tempat lain yang dirasakan lebih tinggi, lemahnya strukur sosial dan ekonomi, kurangnya kesempatan bekerja, kejahatan yang terorganisir, kekerasan terhadap wanita dan anak-anak, diskriminasi terhadapt wanita, korupsi pemerintah, ketidakstabilan politik, konflit bersenjata, dan tradisi-tradisi budaya seperti perbudakan tradisional. Di beberapa masyarakat, sebuah tradisi   memungkinkan anak ketiga atau keempat dikirim untuk hidup dan bekerja di   kota dengan seorang anggota keluarga jauh (seringkali seorang “paman”), dengan janji akan memberi pendidikan dan pelajaran berdagang kepada anak. Dengan mengambil keuntungan dari tradisi ini, para pelaku perdagangan seringkali memposisikan diri mereka sebagai agen pekerjaan, yang membujuk para orang tua untuk berpisah dengan seorang anak, tetapi kemudian memperdagangkan anak tersebut untuk bekerja sebagai pekerja seks, pelayan rumah, atau perusahaan komersil. Akhirnya, keluarga tersebut hanya menerima sedikit upah kalaupun ada, sedangkan anak tersebut tetap tidak bersekolah dan tidak mendapatkan pelatihan, serta terpisah dari keluarganya, dan harapan akan kesempatan ekonomi pun tidak pernah terwujud.

Di sisi permintaan, faktor-faktor yang membawa pada perdagangan manusia mencakup industri seks, dan permintaan akan tenaga kerja yang dapat dieksploitasi. Pariwisata seks dan pronografi anak telah menjadi industri dunia luas, yang difasilitasi oleh teknologi seperti internet, yang secara berlebihan memperluas pilihan-pilihan yang tersedia bagi para pelanggan dan memungkinkan adanya transaksi yang cepat dan hampir tidak terdeteksi. Perdagangan manusia juga ditimbulkan oleh adanya permintaan global atas tenaga kerja yang murah, rentan, dan ilegal. Misalnya, salah satu permintaan terbesar di negara-negara makmur Asia Timur adalah pelayan rumah tangga yang terkadang menjadi korban eksploitasi atau kerjapaksa.

Sebuah sumber permintaan baru atas wanita-wanita muda sebagai pengantin wanita dan gundik adalah akibat dari melebarnya jurang pemisah gender di daerah padat penduduk India dan China. Di India, saat ini hanya terdapat 933 gadis yang lahir untuk setiap 1.000 anak laki-laki, dikarenakan sebagian besar memiliki persepsi bahwa seorang anak perempuan adalah tanggungan ekonomi di masyarakat yang sangat patriarkhal di negara tersebut. Banyak pasangan menggunakan sonogram yang murah dan tersedia luas untuk menentukan jenis kelamin janin, dan jika perempuan maka akan digugurkan. Data dari sensus India 2001, yang dianalisa di tahun 2003, memperlihatkan bahwa jarak yang paling serius ada di negara bagian barat laut Haryana dan Punjab yang makmur, dimana perbandingan jumlah jenis kelamin terus menurun di bawah 825 kelahiran anak perempuan untuk setiap 1.000 kelahiran anak laki-laki.

Jarak serupa telah timbul di beberapa bagian China yang disebabkan oleh kebijakan “satu anak”, yang telah mendorong banyak orang tua untuk menggugurkan kandungannya begitu janin diketahui berjenis kelamin perempuan. Gadis-gadis dan para wanita Korea Utara dan Vietnam dilaporkan telah diperdagangkan ke China Selatan sebagai pengantin wanita dan dipaksa untuk menjadi pekerja seks. Jarak pemisah antara kelahiran pria dan wanita ini telah ada selama beberapa dekade dan saat ini diketahui bahwa jumlah pengantin wanita kian menurun jumlahnya di daerah-daerah baik di India maupun di China.

 

Bopha tinggal di sebuah desa pedalaman dan menikah di usia 17 tahun. Suaminya segera membawanya ke hotel di desa lain dan meningalkannya. Bopha menemukan bahwa hotel tersebut ternyata sebuah rumah pelacuran dan ia mencoba untuk melarikan diri, tetapi ia ditahan dengan paksa dan diberitahu bahwa dia harus melunasi harga yang pemilik hotel telah bayarkan untuk dia. Hutang Bopha terus meningkat karea kebutuhannya akan makanan, pakaian dan keperluan lain. Bopha tidak bisa pergi. Karena terjangkit HIV/AIDS, ia dibuang ke jalan dan akhirnya menemukan jalannya ke LSM di PhnomPenh. Ia telah berada disana selama dua tahun sambil menjalani pengobatan; tidak diketahui berapa lama lagi Bopha akan hidup.

 

Menyelamatkan Korban

Sebagaimana diperlihatkan oleh laporan ini, jumlah korban perdagangan manusia di dunia sangat besar. Banyak korban yang diidentifikasikan melalui kerja LSM dan agen-agen pemerintah yang menyelidiki tempat-tempat perdagangan manusia seperti rumah pelacuran, tempat-tempat dimana pekerja bekerja dengan upah sangat rendah, dan di kamp-kamp prajurit anak-anak.

Kebutuhan untuk menyelamatkan para korban secara cepat adalah yang terpenting tetapi penyelamatan-penyelamatan tidak selalu mengakhiri penderitaan. Beberapa negara kurang memiliki fasilitas perlindungan yang cukup sehingga para korban, termasuk anak-anak, ditempatkan di penjara dan semakin trauma. Di tempat lain, orang asing yang tidak  memiliki dokumen lengkap dapat dideportasi tanpa mempertimbangkan kesehatan dan keamanan mereka. Dalam kasus-kasus yang demikian, banyak yang diperjualbelikan kembali dengan “hutang” tambahan dan kekerasan menambah penderitaan mereka.

Penderitaan psikologis dan fisik yang diderita para korban eksploitasi seksual, kerja paksa, penjeratan hutang (ijon), atau anak yang dipaksa menjadi prajurit memberikan tantangan jangka panjang kepada pihak-pihak berwenang. Konseling, tempat singgah, perhatian medis, dan pelatihan kejuruan diperlukan untuk sepenuhnya merehabilitasi para korban dan secara sukses mengembalikan mereka ke masyarakat asalnya.

Yang sama menantangnya dengan penyelamatan para korban adalah perawatan dan rehabilitasi jangka panjang pasca penyelamatan yang membutuhkan perencanaan dan sumber-sumber yang dapat dipertimbangkan. Ada kebutuhan untuk memberikan pelayanan yang kompreehnsif untuk memastikan bahwa para korban diperlakukan dengan penuh martabat, dan diberikan kesempatan untuk membangun sebuah kehidupan baru. Namun demikian, kurangnya fasilitas perlindungan yang dibangun dengan baik seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak membebaskan mereka yang diperbudak.

 

 Perhambaan

Salah satu bentuk keji perdagangan manusia yang paling sulit dikenali adalah perhambaan (lihat kotak untuk definisi resmi). Banyak pekerja migran, yang meninggalkan rumah mereka dan melakukan perjalanan – baik dalam jarak jauh maupun dekat – ke kota atau ke tempat  lain yang sudah maju untuk bekerja, menjadi  sangat mudah terseret ke situasi perhambaan. Mayoritas dari pekerja migran tersebut, yang seringkali merupakan tenaga kerja dengan keahlian rendah seperti buruh bangunan dan pelayan rumah tangga, menemui situasi bekerja yang tidak eksploitatif yang memberikan keuntungan kepada mereka dan keluarga mereka.

Namun, sebagian pekerja migran mengalami kekerasan dari majikannya. Ini termasuk kekerasan verbal maupun fisik yang dilakukan oleh majikan atau pelanggaran kontrak kerja seperti penahanan upah atau penolakan pemberian cuti. Namun, ada juga sekelompok kecil pekerja migrant lainnya yang merasa diri mereka dieksploitasi sedemikian rupa hingga ke taraf dimana mereka merasa diri mereka adalah tawanan.

Maka kapankah suatu situasi bekerja yang penuh paksaan dan eksploitatif merupakan perhambaan? Jawabannya diarahkan oleh hukum kami, TVPA. Saat seorang majikan mengunakan kekerasan verbal atau fisik, atau mengancam dengan kekerasan untuk menahan pekerja tersebut, maka ini disebut  perhambaan. Jika majikan dengan sengaja menyebabkan pegawainya percaya bahwa ia tidak dapat meninggalkan situasi pekerjaan itu tanpa menghadapi siksaan atau penahanan fisik, maka ini adalah perhambaan. Dengan secara fisik menahan pegawai untuk meninggalkan tempat kerja tidaklah penting jika tindakan-tindakan atau ancaman-ancaman majikan menimbulkan situasi perhambaan. Tindakan seorang majikan yang menahan dokumen perjalanan pegawai – seperti paspor, ijin kerja, atau kartu identitas – adalah bentuk penahanan fisik yang mendukung penemuan praktek perhambaan. Untuk alasan ini, banyak pemerintah yang telah mempidanakan penahanan dokumen perjalanan pegawai asing, yang merupakan kunci untuk menjamin kebebasan untuk bergerak.

Merupakan tanggung jawab majikanlah, dan tanggung jawab pihak pemerintah, untuk memastikan bahwa para pekerja merasa bahwa mereka bebas berpindah dari lingkungan kerja yang kasar/kejam dan diberikan kesempatan yang adil untuk menjelaskan kekejaman nyata atau yang dirasakan oleh mereka dari situasi perhambaan  yang mereka alami.


Strategi-strategi apa yang Efektif dalam Memerangi Perdagangan Manusia?

Strategi anti perdagangan manusia yang efektif harus mecakup tiga aspek perdagangan: segi persediaan, para pelaku perdagangan, dan segi permintaan.

Pada segi persediaan, kondisi-kondisi yang memicu perdagangan harus diarahkan dengan program-program yang mendidik masyarakat untuk waspada akan bahaya perdagangan, memperbaiki kesempatan pendidikan dan sistem sekolah, menciptakan kesempatan ekonomis, mempromosikan persamaan hak, mendidik masyarakat yang menjadi sasaran mengenai hak-hak hukum mereka dan menciptakan kesempatan hidup yang lebih baik dan lebih luas.

Pada level pelaku perdagangan, program-program pelaksanaan hukum harus mengenali dan menghalangi jalur-jalur perdagangan; mengklarifikasikan definisi-definisi hukum dan mengkordinasikan tanggung jawab pelaksanaan hukum; menuntut para pelaku perdagangan dan mereka yang membantu dan bersekongkol dengannya; dan memerangi korupsi yang dilakukan oleh orang-orang yang memfasilitasi dan mengambil keuntungan dari perdagangan manusia, yang mengikis peranan hukum.

Pada segi permintaan, orang-orang yang mengeksploitasi orang-orang yang diperjualbelikan harus dikenali dan dituntut. Nama Para majikan kerja paksa dan para pelaku eksploitasi terhadap korban yang diperjualbelikan untuk eksploitasi seksual harus disebutkan dan dibuat malu. Kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat harus dilakukan di negara-negara tujuan untuk membuat perdagangan  semakin sulit disembunyikan atau diacuhkan. Masyarakat harus ditarik dari situasi perbudakan dan dikembalikan ke keluarga dan masyarakatnya.

Harus ada koordinasi antara Program-program lokal, nasional dan regional untuk melawan perdagangan manusia. Dengan mengambil perhatian publik mengenai masalah tersebut, pemerintah dapat meningkatkan alokasi dana untuk memerangi perdagangan manusia, memperbaki pemahaman terhadap masalah, dan meningkatkan kemampuan mereka membangun strategi-strategi yang efektif.  Koordinasi dan kerjasama baik secara nasional, bilateralm atau regional akan  memperkuat usaha-usaha negara dalam menrekrut sukarelawan untuk memerangi perdagangan manusia. Standar-standar internasional harus diserasikan dan bangsa-bangsa harus bekerjasama secara lebih dekat untuk menolak perlindungan hukum bagi para pelaku perdagangan.

Pengetahuan masyarakat mengenai perdagangan manusia harus  ditingkatkan dan jaringan kerja organisasi anti perdagangan dan usaha-usahanya harus diperkuat.  Lembaga agama, LSM, sekolah-sekolah, perkumpulan masyarakat, dan para pemimpin tradisional perlu dimobilisasi dalam perjuangannya melawan perdagangan manusia. Para korban dan keluarga mereka memerlukan pelatihan keahlian dan kesempatan untuk melakukan ekonomi alternatif. Strategi anti perdagangan harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa strateginya masih tetap inovatif dan efektif. Akhirnya, para pejabat pemerintah harus dilatih mengenai teknik-teknik anti perdagangan manusia, dan jalur-jalur  perdagangan harus secara statistik  dicermati untuk menjelaskan sifat dan besarnya masalah sehingga dapat dipahami secara lebih baik.

 

Akankah pelegalisasian (pengesahan) prostitusi membantu mengekang perdagangan manusia?

Pemerintah Amerika Serikat mengambil posisi tegas melawan usulan-usulan untuk melegalisir prostitusi karena prostitusi secara langsung memberikan kontribusi pada perbudakan moderen dan merendahkan martabat manusia. Saat pelaksanaan hukum mentolerir atau saat masyarakat melegalisasir prostitusi, kelompok-kelompok kejahatan terorganisir lebih bebas untuk memperdagangkan manusia. Saat prostitusi dilegalisasi, biaya pelayanan seksual meliputi sewa rumah pelacuran, pemeriksaan medis, dan biaya pendaftaran.  Sebagian disebabkan oleh biaya-biaya ini, membuat pelacuran terselubung (illegal) menjadi tumbuh subur di tempat-tempat yang melegalisir prostitusi karena para pelanggan cenderung mencari seks yang lebih murah. Di beberapa negara dimana prostitusi bersifat legal, justru terdapat tiga hingga sepuluh kali lipat jumlah perempuan yang tidak terdaftar sebagai pekerja seks daripada yang tedaftar.  Banyak dari perempuan yang tidak terdaftar ini adalah orang asing yang telah diperjualbelikan. Tidak ada bukti bahwa legalisasi di negara manapun telah mengurangi jumlah korban perdagangan, dan LSM yang bekerja di bidang ini mencatat bahwa jumlah korban perdagangan seringkali meningkat. Pendek kata, dimana prostitusi dilegalisir, sebuah “pasar gelap” dalam perdagangan manusia muncul karena para pelaku eksploitasi mencoba untuk memaksimalkan keuntungan dengan menghindari pemeriksaan dan biaya wajib pasar prostitusi legal. Dengan demikian, prostitusi yang dilegalisir adalah perisai terbaik para pelaku perdagangan manusia, yang membolehkan mereka melegalkan perdagangannya dalam perbudakan seks, dan membuat kita semakin sulit mengenali para korban perdagangan.

 

Perkiraan mengenai Korban Perdagangan

Sepanjang tahun lalu Pemerintah AS memperkirakan bahwa 600.000 – 800.000 orang diperjualbelikan menyeberangi perbatasan-perbatasan nasional di dunia. Analisa dari data memperlihatkan bahwa 80 persen korban yang diperdagangkan menyeberangi perbatasan internasional adalah perempuan dan 70 persen dari perempuan-perempuan itu diperjualbelikan untuk eksploitasi seksual. Perkiraan-perkiraan jumlah orang yang diperdagangkan ke Amerika Serikat berkisar antara 14.500 hingga 17.500. Perkiraan yang belum lama di revisi ini memperlihatkan penggunaan suatu metodologi yang ditingkatkan untuk memperkirakan jalur-jalur perdagangan manusia. Perkiraan-perkiraan yang mencakup perdagangan manusia antar negara berkisar antara dua hingga empat juta.

Perkiraan mengenai jumlah korban yang ditemukan di seluruh dunia sangat sulit dilakukan. Perdagangan manusia, seperti perdagangan narkoba dan penyelundupan senjata, adalah kegiatan gelap yang bahkan lebih sulit untuk diukur bentuk-bentuknya. Jumlahnya seringkali tersembunyi dibalik penyelundupan orang asing atau kekerasan yang dialami oleh tenaga kerja migran. Selain itu, tersedianya data mengenai perdagangan berubah-ubah dari satu daerah ke daerah lain: terdapat kekurangan data yang patut diperhatikan, misalnya data mengenai orang-orang yang diperdagangkan ke, dari, atau melewati Timur Tengah. Perkiraan Pemerintah AS yang disebutkan dalam laporan ini terfokus pada orang-orang yang diperdagangkan melewati perbatasan internasional, dimana korban-korban tersebut tidak terlalu sulit untuk dikenali sebagai masyarakat yang diperdagangkan di dalam negara.

 

Definisi “Bentuk-bentuk keji Perdagangan Manusia”

Undang-undang Perlindungan Korban Perdagangan mendefinisikan “bentuk-betnuk keji perdagangan manusia” sebagai

a.              perdagangan seks dimana tindakan seks komersial dilakukan dengan paksaan, penipuan atau kekerasan, atau dimana orang dipaksa melakukan tindakan  demikian belum berusia 18 tahun; atau

b.              perekrutan, penampungan, pengangkutan, penyediaan atau mendapatkan seseorang untuk dijadikan tenaga kerja atau memberikan pelayanan, melalui paksaan, penipuan, atau kekerasan untuk tujuan perhambaan, peonasi, penjeratan hutang (ijon) atau perbudakan.

Definisi istilah-istilah yang digunakan dalam Istilah “Bentuk-bentuk Keji Perdagangan manusia”.

“Perdagangan Seks” berarti merekrut, menampung, mengangkut, menyediakan atau mendapatkan seseorang untuk tujuan melakukan tindakan seks komersial.

“ Penghambaan” meliputi suatu kondisi perbudakan yang ditimbulkan dengan cara

a.         skema, rencana, atau pola apapun yang dimaksudkan untuk membuat seseorang percaya bahwa jika orang tersebut tidak memasuki atau melanjutkan dalam kondisi yang demikian maka ia atau orang lain akan menderita kerugian yang serius atau penahanan fisik; atau

b.         kekerasan atau ancaman kekerasan  dari proses  hukum.

“ Penjeratan Hutang (Ijon)” berarti status atau kondisi seseorang yang berhutang yang timbul dari sebuah janji yang akan dilakukan orang yang berhutang tersebut berkenaan dengan layanan pribadinya atau layanan orang lain yang berada di bawah kendalinya sebagai jaminan untuk hutang, dimana.  Nilai wajar dari layanan-layanan tersebut tidak diberlakukan untuk penghapusan hutang serta lama dan bentuk layanan tersebut tidak dibatasi atau ditetapkan.

“Kekerasan/paksaan” berarti

a.         ancaman-ancaman yang membahayakan  atau penahanan fisik terhadap seseorang;

b.         skema, rencana, atau pola apapun yang dimaksudkan untuk membuat orang percaya bahwa jika lalai menjalankan suatu tindakan akan mengakibatkan kerugian/luka yang serius atau penahanan fisik terhadap  seseorang; atau,

c.         perlakuan kasar atau ancaman perlakuan kasar  dari proses hukum

MENGENAI LAPORAN

Laporan perdagangan manusia adalah laporan yang paling komprehensif mengenai usaha-usaha pemerintah berbagai negara untuk memerangi bentuk-bentuk keji perdagangan manusia. Laporan Perdagangan manusia meliputi periode April 2003 hingga Maret 2004.

Apakah yang merupakan atau bukan merupakan Laporan. Laporan perdagangan manusia tahunan mencakup negara-negara[1] yang ditetapkan sebagai negara-negara asal, transit, atau tujuan untuk sejumlah korban bentuk perdagangan yang keji. Karena perbudakan mungkin meluas ke setiap negara di dunia, penghapusan sebuah negara dari laporan hanya mengindikasikan kurangnya informasi yang mencukupi. Laporan mengenai tiap-tiap negara disusun berdasarkan  wilayah dan menggambarkan cakupan dan bentuk masalah perdagangan  manusia di negara tersebut, alasan-alasan untuk memasukkan negara tersebut ke dalam laporan, dan usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah negara tersebut untuk memerangi perdagangan.  Laporan tersebut juga memuat penilaian bagaimana pemerintah memenuhi standar-standar minimum, serta saran-saran untuk tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam memberantas perdagangan manusia. Selanjutnya, laporan ini juga menggambarkan usaha-usaha pemerintah dalam melaksanakan undang-undang untuk memberantas perdagangan, melindungi korban, dan mencegah perdagangan, serta menjelaskan dasar penilaian negara sebagai kategori Tingkat 1, Tingkat 2, Tingkat 2 Daftar dengan Pengamatan Khusus, atau tingkat 3.

Beberapa negara telah membangun gugus tugas dan rencana-rencana aksi untuk mencapai tujuan-tujuan dan  menciptakan standar acuan untuk usaha-usaha memerangi perdagangan manusia . Namun titik berat dari penilaian untuk tiap-tiap negara tidak terlalu dibebankan pada rencana-rencana dan gugus tugas ini, melainkan terfokus pada tindakan-tindakan nyata yang telah diambil oleh pemerintah negara tersebut dalam memberantas perdagangan manusia, menyoroti usaha-usaha penuntutan, penghukuman dan pemenjaraan terhadap pelaku, serta usaha-usaha pencegahan. Laporan tersebut tidak terlalu menitik beratkan pada undang-undang dalam bentuk konsep atau yang belum diundangkan, walaupun gugus tugas, rencana aksi, dan rencana undang-undang terkadang diperlihatkan dalam laporan negara sebagai contoh tindakan-tindakan persiapan yang telah ambil oleh pemerintah negara tersebut dalam memerangi perdagangan manusia. Akhirnya laporan tersebut tidak terfokus pada usaha-usaha pemerintah lain yang memberikan kontribusi secara tidak langsung dalam mengurangi perdagangan manusia, seperti program bantuan pendidikan, dukungan untuk perkembangan ekonomi, atau program yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesamaan gender, walaupun itu merupakan usaha-usaha yang sangat bermanfaat.

Apakah yang berbeda dalam Laporan tahun ini?  

Undang-undang Reotorisasi Perlindungan Korban Perdagangan 2003 membuat beberapa perubahan penting pada TVPA.  Tiga dari empat standar minimumnya untuk menghapuskan perdagangan manusia tidak berubah. Kempat standar minimum tersebut adalah:

1.         Pemerintahan negara harus melarang bentuk-bentuk keji perdagangan manusia dan menghukum pelaku tindakan-tindakan perdagangan tersebut.

2.         Untuk tindakan perdagangan seks apapun yang melibatkan paksaan, penipuan atau kekerasan dimana korban perdagangan seks tersebut adalah seorang anak yang tidak dapat memberikan persetujuan, atau dimana perdagangan manusia yang mencakup perkosaan atau penculikan yang menimbulkan kematian, maka pemerintah negara tersebut harus menentukan hukuman yang sepadan dengan hukuman untuk kejahatan pembunuhan seperti penyerangan seksual secara paksa.

3.         Untuk tindakan perdagangan manusia yang keji, pemerintah negara tersebut harus menentukan hukuman yang cukup keras untuk menghalangi dan yang cukup  mencerminkan bentuk mengerikan dari kejahatan tersebut.

4.         pemerintah negara harus membuat usaha yang serius dan terus-menerus untuk menghapus bentuk-bentuk keji perdagangan manusia.

Standar minimum ke-empat diubah dan ditambah, dan saat ini sedang dipertimbangkan untuk memasukkan sepuluh kriteria daripada tujuh kriteria: Kriteria (1) saat ini memerlukan pertimbangan yang tidak hanya dari hasil penyelidikan dan penuntutan tetapi juga dari penghukuman dan vonis-vonis, dan apakah pemerintah negara tersebut responsif terhadap permintaan-permintaan Departemen Luar Negeri untuk data  penegakan hukum. Standar (7), berkaitan dengan langkah-langkah menanggulangan korupsi, saat ini diperlukan juga pertimbangan mengenai penuntutan, penghukuman dan vonis-vonis untuk para pejabat pemerintah yang terlibat dalam perdagangan manusia, dan kemampuanpemerintah tuan rumah untuk menyediakan atau kelalaian dalam menyediakan data tersebut. Tiga kriteria baru perlu dipertimbangkan:

8.          Apakah persentase korban perdagangan yang bukan warga negara dari negara tersebut tidak berarti (insignificant);

9.         Apakah pemerintah negara tersebut konsisten dengan kapasitas pemerintah tersebut, secara sistimatis mengawasi usaha-usahanya dalam memenuhi kriteria yang digambarkan dalam ayat (1) hingga (8) dan menyediakan kepada publik penilaian berkala atas usaha-usaha tersebut; dan

10.       Apakah pemerintah negara tersebut menerima kemajuan yang patut dihargai dalam meghapus bentuk-bentuk keji perdagangan manusia saat dibandingkan dengan penilaian tahun sebelumnya.

Kriteria yang digunakan untuk menilai apakah suatu negara membuat usaha-usaha yang serius dan berkelanjutan atau tidak untuk memenuhi standar minimum penghapusan perdagangan manusia dihasilkan kembali dalam sebuah  lampiran dalam laporan ini.

TVPRA juga membuat sebuah “Daftar Pengamatan Khusus” untuk negara-negara dimana mereka akan menerima pengamatan secara khusus pada tahun berikutnya. Daftar Pengamatan Khusus terdiri dari: 1) negara-negara yang tercantum dalam daftar sebagai Tingkat 1 dalam laporan saat ini tetapi  tercantum dalam daftar  Tingkat 2 dalam laporan 2003; 2) negara-negara yang tercantum dalam daftar sebagai Tingkat 2 dalam laporan  saat ini tetapi tercantumkan dalam daftar sebagai Tingkat 3 dalam Laporan 2003; dan 3) negara-negara yang tercantum dalam daftar sebagai Tingkat 2 dalam laporan  saat ini, dimana

a.  jumlah korban yang nyata akibat bentuk-bentuk keji perdagangan manusia  sangatlah signifikan atau meningkat secara signifikan;

b.  terjadi kelalaian dalam menyediakan bukti  dalam meningkatkan usaha-usaha dalam memerangi bentuk-bentuk keji perdagangan manusia dari tahun sebelumnya, termasuk penyelidikan-penyelidikan, penuntutan dan penghukuman terhadap  pelaku perdagangan , peningkatan bantuan  terhadap para korban, dan bukti berkurangnya  keterlibatan  para pejabat pemerintahan dalam perdagangan manusia; atau

c.  penetapan bahwa sebuah negara melakukan usaha-usaha yang berarti  untuk membuat negaranya  memenuhi standar-standar minimum adalah  berdasarkan pada komitmen  negara tersebut dalam mengambil  langkah-langkah kedepan  di  tahun berikutnya.

Negara-negara dalam Daftar Pengamatan Khusus akan diperiksa kembali dalam suatu penilaian sementara untuk diajukan kepada Kongres selambat-lambatnya 1 Februari 2005.

Mengapa Laporan Perdagangan manusia 2004 memuat Lebih banyak Penilaian Negara Daripada Laporan Tahun Lalu?  

Laporan 2004 mencakup suatu analisa perdagangan  dan usaha pemerintah untuk memeranginya di 140 negara,  16 negara lebih banyak daripada  tahun lalu. Di tahun-tahun sebelumnya, beberapa negara belum dimasukkan karena sulit mengumpulkan informasi yang dapat diandalkan dan lengkap karena sifat perdagangan yang ilegal dan di bawah tanah; tidak adanya atau lahirnya program-program pemerintah; sulitnya membedakan antara perdagangan dengan penyelundupan; dan ketakutan dan ketertutupan para korban perdagangan yang seringkali menyeberangi perbatasan secara ilegal atau secara fisik disiksa atau dipaksa. Untuk beberapa negara tersedia informasi, namun data tidak mendukung penemuan bahwa berdasarkan peraturan, 100 orang atau lebih diperjualbelikan ke, dari, atau di dalam suatu negara, ini merupakan persyaratan awal bagi sebuah negara untuk masuk dalam laporan tahunan Perdagangan Manusia.

Sepanjang tahun lalu, kami telah menyaksikan adanya respon-respon yang lebih baik dari banyak negara, meningkatnya kampanye kesadaran publik yang memperingatkan para korban akan adanya pelayanan perlindungan, dan transparansi yang lebih besar dalam usaha memerangi  perdagangan manusia. Sebagai hasil dari tindakan positif ini, Departemen mengumpulkan informasi dari lebih banyak negara tahun ini. Departemen  berniat untuk memasukkan semua negara dengan jumlah korban perdagangan  yang signifikan dalam laporan-laporan di masa mendatang karena  informasi yang lebih banyak dan lebih baik kini sudah  tersedia.

Tingkatan-tingkatan Sistem (Tier)

Tingkat 1: Negara-negara dengan pemerintah yang sepenuhnya memenuhi standar minimum Undang-undang.

Tingkatan 2: Negara-negara dengan pemerintah yang tidak  sepenuhnya memenuhi standar minimum Undang-undang tapi melakukan upaya-upaya yang berarti  untuk  memenuhi standar tersebut.

Tingkatan 2 Dengan Pengawasan Khusus: Negara-negara dengan pemerintah yang tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum Undang-undang tapi melakukan upaya upaya yang berarti untuk  memenuhi standar tersebut dan:

a.         Jumlah korban perdagangan sangat signifikan atau meningkat secara signifikan; atau

b.         Kegagalan memberikan bukti tentang adanya upaya yang meningkat dalam menghentikan bentuk yang berat dari perdagangan manusia pada tahun sebelumnya; atau

c.         Ketetapan bahwa sebuah negara membuat upaya signifikan untuk memenuhi standar minimum adalah berdasarkan komitmen negara untuk mengambil langkah ke depan pada tahun berikutnya.

Tingkatan 3: Negara-negara yang tidak sepenuhnya memenuhi  standar minimum dan tidak melakukan upaya yang signifikan untuk melakukan hal itu.

Bagaimana Laporan Ini Digunakan. Laporan ini adalah perangkat diplomatik Pemerintah AS yang digunakan sebagai sebuah instrumen untuk dialog berkelanjutan, dorongan mengambil tindakan bagi sejumlah negara, dan sebagai petunjuk untuk membantu memfokuskan sumber daya pada program dan kebijakan untuk melakukan penuntutan, perlindungan dan pencegahan. Setelah keluarnya Laporan Perdagangan Manusia tahun ini, sebagaimana tahun lalu, Departemen akan terus melibatkan pemerintah-pemerintah dalam isi laporan untuk memperkuat upaya kerja sama untuk memberantas perdagangan. Di tahun mendatang, dan khususnya dalam bulan-bulan sebelum keputusan dibuat sehubungan dengan sanksi untuk negara-negara Tingkatan 3 dan penilaian sementara dibuat dari negara-negara Daftar Jaga Khusus, Departemen akan menggunakan informasi yang dihimpun dalam kompilasi laporan ini untuk lebih menargetkan secara efektif program-program a bantuan dan untuk bekerja sama dengan negara-negara yang membutuhkan bantuan dalam  memerangi perdagangan manusia. Departemen berharap laporan ini dapat menjadi katalisator bagi upaya pemerintah dan non pemerintah dalam  memberantas perdagangan di seluruh dunia.

Metodologi. Departemen Luar Negeri mendapat informasi untuk laporan ini dari kedutaan-kedutaan besar dan konsulat-konsulat AS di seluruh dunia, kedutaan-kedutaan besar asing di Washington, serta organisasi non pemerintah dan internasional yang bekerja untuk isu-isu hak asasi manusia dan perdagangan manusia. Pusat-pusat diplomatik kami melaporkan situasi perdagangan manusia dan tindakan pemerintah berdasarkan riset secara cermat, termasuk pertemuan-pertemuan dengan bermacam-macam pejabat pemerintah, perwakilan LSM lokal dan internasional, organisasi-organisasi internasional, pejabat-pejabat, para jurnalis, kalangan akademik dan para korban.

Kantor untuk Memonitor dan Memerangi Perdagangan Manusia menyusun konsep awal laporan dengan menggunakan informasi dari pusat-pusat Kedutaan Besar AS, pertemuan dengan para pejabat pemerintah asing, LSM-LSM dan organisasi-organisasi internasional, laporan-laporan, perjalanan riset ke setiap negara, dan informasi yang diterima melalui alamat e-mail, tipreport@state.gov, yang disediakan untuk LSM-LSM dan individu untuk melaporkan informasi mengenai kemajuan pemerintah dalam memerangi perdagangan. Untuk menyusun laporan tahun ini, Departemen mempertimbangkan sumber-sumber informasi di setiap negara dalam membuat penilaian berikut ini. Dalam penilaian, dua-langkah dilakukan;

Langkah Satu: Jumlah Korban yang Signifikan. Pertama, Departemen menentukan apakah sebuah negara adalah “sebuah negara asal, transit, atau tujuan sejumlah besar korban perdagangan,” dengan 100 korban atau lebih, jumlah yang sama yang digunakan dalam laporan terdahulu. Hanya negara-negara yang mencapai jumlah ini yang dicantumkan dalam laporan. Negara-negara yang informasinya tidak tersedia tidak dicantumkan.

Langkah Dua: Penempatan Tingkatan. Departemen telah memasukkan setiap negara dalam Laporan TIP 2003 ke dalam salah satu dari tiga daftar, dijelaskan di sini sebagai tingkatan (tier), yang dimandatkan oleh TVPA. Penempatan ini berdasarkan tingkat tindakan pemerintah untuk  memberantas perdagangan. Departemen pertama-tama mengevaluasi apakah pemerintah sepenuhnya memenuhi standar minimum TVPA untuk menghapuskan perdagangan manusia. Pemerintah yang melakukan hal tersebut ditempatkan pada Tingkatan 1. Untuk negara-negara lain, Departemen mempertimbangkan apakah pemerintah mereka membuat upaya yang berarti untuk memenuhi standar minimum. Negara-negara yang melakukan upaya maksimum ditempatkan di Tingkatan 2. Negara-negara dengan pemerintah yang tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum dan yang tidak melakukan upaya  berarti untuk memenuhi standar minimum ditempatkan pada Tingkatan 3. Akhirnya, Daftar Pengawasan Khusus dipertimbangkan dan, jika dapat dipakai, negara-negara ditempatkan di daftar tersebut.

Sebagaimana disyaratkan oleh TVPA, dalam membuat keputusan antara Tingkatan 2 dan 3, Departemen mempertimbangkan seluruh tingkat perdagangan manusia di tiap-tiap negara; tingkat ketidak-pemenuhan pemerintah pada standar minimum, khususnya tingkatan dimana pejabat pemerintah terlibat dan memfasilitasi perdagangan manusia; dan ukuran yang tepat untuk membuat pemerintah negara dapat memenuhi standar minimum dengan mengingat sumber daya dan kemampuannya. .

Hukuman. Pemerintah negara-negara di Tingkatan 3 dapat dikenai sanksi-sanksi tertentu. Pemerintah AS bisa menahan  bantuan non kemanusiaan dan non perdagangan. Bagi Negara-negara yang saat ini tidak menerima bantuan tersebut, Pemerintah A.S akan menahan bantuan dana berpartisipasi dalam program pertukaran pendidikan dan kebudayaan. Konsisten dengan TVPA, negara-negara ini juga akan menghadapi oposisi AS untuk pemberian bantuan  (kecuali untuk bantuan kemanusiaan, hubungan dagang, dan pembangunan ) dari institusi keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional dan bank-bank pembangunan multilateral seperti Bank Dunia. Konsekuensi ini akan mulai berlaku pada awal tahun fiskal mendatang, 1 Oktober 2004.

Seluruh atau sebagian dari sanksi TVPA dapat diabaikan atas keputusan Presiden dengan syarat bantuan kepada pemerintah tersebut sejalan dengan undang-undang atau kepentingan nasional Amerika Serikat. TVPA juga memberikan sanksi yang dapat diabaikan jika perlu untuk menghindari dampak yang  merugikan bagi populasi yang  rentan seperti  perempuan dan anak-anak. Sanksi-sanksi juga tidak berlaku jika Presiden menemukan bahwa setelah laporan ini dikeluarkan tapi sebelum dijatuhkan sanksi, pemerintah yang bersangkutan telah memenuhi standar minimum atau sedang melakukan upaya yang berarti untuk memenuhi standar minimal tersebut.

Tanpa memperhatikan penempatan tingkatan pun, setiap negara termasuk Amerika Serikat sebenarnya dapat berbuat lebih banyak lagi. Tidak ada penempatan/penilaian negara yang permanen. Semua negara harus menjaga dan meningkatkan upaya memerangi perdagangan. Amerika Serikat akan terus memonitor kemajuan di seluruh dunia dan bekerja dengan mitranya untuk memperkuat upaya internasional untuk menghapus semua bentuk perbudakan modern.

DEPARTEMEN LUAR NEGERI AS

Laporan Perdagangan Manusia
Dikeluarkan oleh Kantor Pengawasan dan Pemberatasan Perdagangan Manusia

14 Juni 2004 

II. Praktek-praktek Terbaik Internasional

Sejumlah upaya anti-perdagangan yang inovatif tampak selama persiapan Laporan Perdagangan Manusia 2004 (TIP 2004 – Trafficking in Persons 2004) serta dalamkemitraan Departemen Luar Negeri dengan pemerintah-pemerintah negara asing dan organisasi-organisasi internasional dan non pemerintah sepanjang tahun. Banyak dari upaya-upaya ini memperlihatkan cara-cara memerangi perdagangan secara bekelanjutan dengan biaya rendah. Aktivitas-aktivitas dan program-program ini dikenal sebagai praktek-praktek terbaik karena inovatif dan kreatif; mereka membuat perbedaan positif dan nyata; mereka memungkinkan; dan mereka mempunyai potensi untuk ditiru di tempat lain. 

Mengurangi Pariwisata Seks. Pemerintah Panama telah membuat sebuah undang-undang anti-perdagangan baru yang menangani perdagangan dalam konteks pornografi anak, pariwisata seks, dan penggunaan internet. Di antara keistimewaan-keistimewaan lain, undang-undang ini mewajibkan pesawat terbang, agen-agen wisata, dan hotel-hotel untuk memberi informasi tertulis kepada pelanggan tentang larangan dalam undang-undang baru. 

Menahan Korban-korban Potensial. Pemerintah Colombia telah memberi wewenang kepada Departemen Keamanan Administratif (Department of Administrative Security/DAS) untuk mengidentifikasi dan mendekati wisatawan outbound yang potensial menjadi korban-korban perdagangan di lapangan udara sebelum mereka melakukan penerbangan internasional. Petugas DAS mencoba untuk menginformasikan kepada korban-korban potensial tentang risiko perdagangan dan penipuan dalam tawaran pekerjaan. Pada tahun 2003, sembilan korban potensial telah diyakinkan bahwa tawaran pekerjaan mereka penuh dengan penipuan dan mereka diyakinkan untuk tidak melanjutkan penerbangan internasional. 

Kerja Sama antara Negara Transit dan Tujuan. Pemerintah Italia telah memberikan dana untuk “Project Textilia 2000” kepada Pemerintah Maroko, untuk  mendanai proyek-proyek mikro  di daerah sekitar Khourigba, yang terkenal dengan keterlibatannya dalam emigrasi gelap ke Italia. Proyek ini dimaksudkan untuk memberikan pekerjaan yang menguntungkan  di Maroko yang akan mencegah korban dari bahaya diperdagangkan. Untuk korban yang sudah ada di Italia, undang-undang anti-perdagangan baru negara ini membuat sebuah kategori budget terpisah untuk program bantuan untuk korban, dan 70% dari budget itu didapat dari pemerintah pusat sementara 30% sisanya didapat dari pemerintah regional dan lokal.

Sasaran kepada Perdagangan Seks. Pengadilan Kota Madrid pada bulan Januari 2004 mengumumkan sebuah upaya komprehensif untuk memerangi prostitusi dan perdagangan manusia.  Rencana ini meliputi pencegahan, pelatihan, bantuan untuk korban, dan tindakan polisi terhadap pengguna.  Berdasarkan prinsip, cara terbaik untuk memerangi perdagangan manusia untuk ekspolitasi seks adalah dengan memfokuskan pada pengguna dan korban, upaya ini ditiru Pemerintah Sweden dalam mengembangkan perangkat penegakan hukum.

Memerangi Praktek-praktek Tradisional. Praktik yang biasa dilakukan orang Afrika dalam “pengangkatan anak” memberi kontribusi langsung dalam perdagangan manusia. Perdagangan anak dimulai dengan kesepakatan pribadi antara pelaku perdagangan dan anggota keluarga, yang terdorong oleh kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan serta nafsu pelaku akan keuntungan dan tenaga kerja murah. Kepada keluarga, khususnya yang mempunyai mata pencarian di bidang agrikultur, dikatakan bahwa anak mereka akan mendapat pendidikan dan belajar berdagang. Namun dalam semua kasus, anak diperdagangkan untuk kerja paksa domestik, pengasong, atau eksploitasi seks. Sebagai jawaban, Pemerintah Ghana melakukan “Operation Bring Your Children Home” untuk meminta agar orang tua yang menjual anak mereka pada pelaku untuk membawanya pulang kembali dan sebagai gantinya mendapat bantuan usaha, pelatihan kerja, fasilitas kredit mikro, serta bantuan biaya sekolah dan seragam. Untuk membangkitkan kesadaran publik pada progam ini, polisi Ghana melakukan pertemuan-pertemuan informal di pemberhentian truk yang besar di Accra serta memberikan pemahaman  pada para sopir dan memberangkatkan perwakilan serikat pekerja untuk mengidentifikasi korban-korban perdagangan. 

Menyita Dana untuk Mendukung Program Anti-Perdagangan. Pendanaan untuk program anti-perdagangan tidak diprioritaskan di banyak negara, khususnya mengikuti perubahan saat ini yang memprioritaskan pada pada program-program anti-terorisme. Di Jerman, State of Baden-Wuerttemberg menggunakan dana yang disita dari operasi perdagangan untuk membiayai investigasi masa depan.

Menghubungkan Para Diplomat, Berbagi Informasi. Kementerian Perhubungan Luar Negeri (The Ministry of Foreign Affairs/MFA) Republik Dominika telah membuat empat “jaringan anti-perdagangan” di antara para diplomat dalam konsulat dan kedutaan besar di negara-negara yang merupakan tujuan utama perdagangan wanita Dominika. Ada sebuah jaringan kerja di Amerika Tengah, Karibia, Amerika Selatan, dan Eropa. Para diplomat secara pro aktif mencari isu-isu perdagangan. Mereka bekerja dengan pemerintah setempat dalam mengidentifikasi dan membantu korban-korban dari Dominika (kebanyakan dari mereka melarikan diri dan meminta perlindungan ke konsulat), mengumpulkan informasi tentang pola perdagangan, dan mengidentifikasi pelaku. Informasi ini dilaporkan kembali pada kantor hubungan urusan konsuler MFA dan dibagi dengan sekutu-sekutu Republik Dominika dalam upaya anti-perdagangan.

Menggunakan Perangkat Peraturan, Inspeksi, dan Pelatihan. Pemerintah Filipina mengatur dan menyelenggarakan inspeksi mendadak maupun rutin ke 1.317 agen tenaga kerja ekspor yang terdaftar; termasuk memberikan pelatihan dan tes ketrampilan untuk tenaga kerja ke luar negeri sebelum mereka meninggalkan negara itu. Para petugas Layanan Luar Negeri Filipina dilatih, dan dalam beberapa kasus dilibatkan secara aktif dalam mencari tempat tinggal dan memulangkan korban perdagangan Filipina. Orang-orang Filipina juga melakukan pelatihan untuk pemerintah negara lain, termasuk Indonesia dan Vietnam tentang bagaimana meningkatkan perlindungan tenaga kerja migrant mereka.

Para Korban Menerima Perlindungan Diplomatik. Kementerian Luar Negeri Indonesia mengoperasikan tempat singgah di kedutaan besar dan konsulatnya di sejumlah negara, termasuk Malaysia, Singapura, Saudi Arabia, dan Kuwait. Selama setahun terakhir, perlindungan diplomatik ini melindungi ribuan penduduk Indonesia yang potensial menjadi korban perdagangan. Misi diplomatik Indonesia, dalam koordinasi dengan agensi pemerintah lain, juga membantu pemulangan.

Memerangi Perdagangan Anak Joki Unta. Pemerintah Uni Emirat Arab memulai sebuah praktik inovatif untuk secara efektif mengidentifikasi dan menyelamatkan anak-anak yang diperdagangkan dari Asia Selatan untuk menjadi joki unta di gelanggang pacuan UAE. Kebanyakan dari anak-anak ini diperdagangkan melalui penggunaan dokumen-dokumen palsu dari negara asal mereka yang memperlihatkan umur yang lebih tua dan orang tua palsu yang menemani anak-anak itu ke UAE. Dengan menggunakan tes DNA sejak Januari 2003, penguasa UAE menguji 446 anak dan mengungkap 65 permintaan palsu menjadi orang tua oleh para pelaku yang membawa anak-anak ini ke UAE. Pada tahun 2003, lebih dari 250 anak dari Bangladesh dan Pakistan diidentifikasi dan dikembalikan ke negaranya; kebanyakan dari pelaku itu ditahan dan dituntut. Negara-negara lain di Teluk mengadopsi tes DNA untuk anak joki unta dan orang yang mengaku sebagai orang tua mereka.

Para Pahlawan yang Berjuang untuk Mengakhiri Perbudakan Modern

Tindakan pemerintah, sebagaimana dimandatkan oleh undang-undang, adalah fokus dari Laporan Perdagangan Manusia. Banyak orang dan organisasi dari segala profesi, juga pemerintah, mengambil tindakan tegas dan efektif untuk mengakhiri perdagangan manusia.

Memiliki orang-orang yang bermacam-macam dan bercakupan luas yang terlibat dalam perjuangan ini adalah hal yang penting dalam meraih  kesuksesan. Itu sebabnya laporan tahun ini mencakup cerita tentang para pahlawan yang berupaya memerangi perdagangan manusia. Individu-individu di sini hanyalah perwakilan dari berbagai upaya yang diambil oleh warga negara biasa di seluruh dunia. Mereka memberi contoh pada kita semua dan menunjukkan bahwa upaya dari satu orang seringkali dapat memberikan perbedaan. Ada banyak orang lain yang melanjutkan perjuangan melawan perdagangan setiap harinya dengan cara mereka masing-masing.

 

Pierre Tami

Direktur Hagar di Kamboja

Pierre Tami melakukan pendekatan ala pebisnis Swiss untuk membantu korban perdagangan manusia di Kamboja. Dalam pandangannya, program-program bantuan haruslah inovatif dan memungkinkan secara finansial sehingga korban mempunyai kesempatan untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik daripada tetap dalam keadaan rentan eksploitasi. Mr. Tami telah menciptakan tiga usaha untuk membantu korban  di Phnom Penh: sebuah pabrik susu kedelai yang menyediakan bahan makanan yang banyak dibutuhkan bagi sebuah negara yang kekurangan pangan, sebuah perusahaan desain dan pembuatan sutra , dan sebuah bisnis katering yang melayani makanan untuk pekerja pabrik garmen. Usaha-usaha ini memberikan harapan baru bagi orang Kamboja yang trauma oleh perbudakan modern, serta memungkinkan beberapa dari mereka untuk pertama kalinya dalam hidup menerima gaji dari pekerjaan mereka. 

Yang Terhormat Fransisco Sierra

Duta Besar Kolombia untuk Jepang

Fransisco Sierra telah mendedikasikan perhatiannya dan perhatian staf kedutaan besar untuk membantu korban perdagangan manusia yang dibawa dari Kolombia ke Jepang. Duta Besar melibatkan pejabat Polisi lokal dan Pemerintah Jepang dalam isu ini dan telah mendorong pejabat-pejabat Kolombia untuk menjadikan isu ini sebagai prioritas di sana. Dia telah memupuk kerja sama di Jepang dengan kedutaan-kedutaan besar dari beberapa negara Asia Tenggara dan Amerika Latin. Duta Besar Sierra melihat prospektif makro dan mikro pada masalah perdagangan manusia – dia telah melihat kerugian yang dialami para individu, tapi dia juga melihat hubungannya dengan kejahatan terorganisir dan kecanggihan dalam pergantian pola perdagangan.

Suster Eugenia Bonetti

Persatuan Kepala Biara Utama Italia

Eugenia Bonetti bertanggung jawab atas tindakan anti-perdagangan yang dilakukan para personil di Persatuan Kepala Biara Utama Italia. Dia berkomitmen dalam memerangi ketidakadilan yang dialami oleh wanita yang diperdagangkan berkat apa yang dia lihat sendiri selama 24 tahun karirnya sebagai misionaris di Kenya, kemudian sebagai koordinator strategi anti-perdagangan di Turin dan Roma. Suster Eugenia dan timnya yang terdiri dari 200 suster di seluruh Italia bekerja penuh waktu dalam anti-perdagangan bersama orang-orang yang bersedia membuka rumah mereka untuk memberikan perlindungan, keamanan dan perawatan kepada ratusan korban perdagangan manusia. Suster Eugenia juga bekerja sama dengan para biarawati Nigeria, mendorong upaya lokal pada komunitas terpencildan termiskin untuk mencegah perdagangan dan untuk membantu rehabilitasi korban yang dikirim pulang. Suster Eugenia menyebarkan sendiri pesan-pesan anti-perdagangan di Italia dan luar negeri, dalam ucapan dan tindakannya.

Bonnie Miller
Warga Negara Amerika

Bonnie Miller telah melakukan sendiri beberapa tindakan untuk memerangi perdagangan manusia di Yunani secara efektif, menghabiskan waktunya untuk menarik perhatian dan sumber daya kepada isu ini. Dia membantu LSM-LSM Yunani mendirikan layanan untuk para korban, melobi pemerintah untuk mengambil tindakan tegas anti-perdagangan, dan mendirikan hotline perdagangan manusia pertama di Yunani. Mrs. Miller adalah pejuang anti-perbudakan berkat upayanya melalui media secara ekstensif yang telah mengajak para diplomat dari berbagai negara untuk bersama-sama mendiskusikan berbagai cara untuk membantu para korban perdagangan manusia. Dia juga memainkan peran kunci dalam mendirikan  Doctor of the World  rumah singgah untukpara korban. Sebagai istri dari Thomas Miller, duta besar AS untuk Yunani, dia juga telah menunjukkan bagaimana keluarga diplomat dapat membantu mengubah komunitas dimana mereka tinggal.

Kepala Suku  Tertinggi Tobega Hadjor
New Bakpa, Ghana

Kepala Suku Tobega Hadjor telah bekerja secara ekstensif untuk menghentikan perdagangan tenaga kerja anak di daerah Ghana Lake Volta. Selama tahun lalu, 228 anak telah diselamatkan dari kerja paksa di industri perikanan, berkat bantuan  Kepala Suku Hadjor dalam menunjukkan  daerah-daerah yang dikenal sebagai daerah perdagangan anak. Dia telah membantu dalam reintegrasi budak anak ini, menempatkan mereka di sekolah dan mengumpulkan mereka kembali dengan keluarga. Dia telah secara pribadi bekerja untuk mengumpulkan dana mikro-kredit bagi para orang tua guna meningkatkan kapasitas bisnis mereka sehingga mereka dapat memberi lebih banyak kepada keluarga mereka.

Marilyn Carlson Nelson
Ketua dan CEO Carlson Companies

Marilyn Carlson Nelson menjadi seorang pelopor di Amerika dalam perang melawan perdagangan manusia ketika dia memberlakukan kode etik global pada perusahaan perjalanannya untuk melindungi anak-anak dari eksploitasi seksual komersil dalam perjalanan dan pariwisata. Sebagai bagian dari kode etik yang Mrs. Nelson tanda tangani, dia setuju untuk melatih para karyawan dalam mengidentifikasi dan melaporkan para pelaku wisata seks anak; menginformasikan wisatawan tentang sanksi hukuman  yang berhubungan dengan pelanggaran tersebut; dan mengembangkan kebijakan perusahaan secara etik yang menolak eksploitasi seksual dalam wisata. Multi bisnis Carlson Companies yang terdiri dari rangkaian hotel, pelayaran, restoran, dan agen perjalanan terbesar kedua dunia, menghasilkan lebih dari 27 milyar dollar dalam neraca tahun lalu dan mempekerjakan sekitar 198.000 orang di lebih dari 140 negara. Carlson Companies adalah perusahaan perjalanan Amerika Utara utama pertama yang menerapkan kode etik. 


[1] Di bawah bagian 4(b) Undang-undang Hubungan Taiwan, “[kapanpun”] uandang-undang Amerika Serikat mengacu pada negara-negara asing, bangsa, negara bagian, pereintahm atau badan hukum serupa, istilah-istilah tersebut akan mencakup dan undang-undang yang demikian akan berlaku berkenaan dengan Taiwan.”

bersambung ke bagian III

 

Home Page Kedutaan AS
Pusat Informasi Kedutaan AS | Informasi Visa | American Citizen Services

Ke atas | Umpan balik

Link ke situs Internet yang bukan milik pemerintah Amerika bukan berarti bahwa pemerintah Amerika menyetujui sudut pandang organisasi tersebut.